Boleh Pinter, Tapi Harus Tetap Berbudaya

Nur Ahmad Syaifudin

Nur Ahmad Syaifudin
Meski saat ini eranya milineal, yang segala sesuatunya sudah serba canggih dengan perkembangan teknologi yang pesat, tapi kebudayaan warisan luhur nenek moyang bangsa Indonesia, jangan sampai hilang.
Maka itu, budaya luhur warisan nenek moyang bangsa Indonesia, harus terus dilestarikan dan dipertahankan agar tidak sampai hilang.
“Saat ini masyarakat boleh pintar, tapi juga harus berbudaya, jangan sampai tidak punya budaya, karena punya budaya ini yang membedakan antara manusia dengan mahluk Tuhan lainnya,” komentar Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifudin, saat hadir dalam Raker Dewan Kesenian Sidoarjo (DKS), Jumat (23/8) akhir pekan lalu.
Di era milineal ini, menurut pria 56 tahun itu, tantangan berat bagi Pemerintah, budayawan dan masyarakat yang peduli budaya, untuk sama-sama turun tangan sinergi melestarikan dan mencegah jangan sampai warisan budaya bangsa hilang, karena tergantikan dengan kecanggihan-kecanggihan teknologi saat ini.
“Budaya bangsa harus dipertahankan. Karena ini warisan luhur nenek moyang kita. Boleh pinter, misalnya bisa membuat pesawat, tapi ya harus tetap punya budaya, tanpa budaya kehidupan akan menjemuhkan, akan itu-itu saja,” lanjutnya.
Menurut orang dua di Pemkab Sidoarjo itu, budaya yang ada harus sering-sering ditampilkan. Supaya semuanya, mulai dari yang muda sampai yang tua, menjadi tahu. Seperti kata peribahasa tak kenal maka tak sayang.
Dirinya memberi salah satu contoh, seni ludruk sebagai salah satu budaya asli di Kab Sidoarjo, harus sering ditampilkan. Kalau tidak, maka masyarakat, khususnya generasi muda, tidak akan mengenal.
“Pemerintah bisa menggelarnya dalam acara-acara tertentu, agar masyarakat tahu, misalnya dalam peringatan HUT Kab Sidoarjo dan sebagainya, agar seni ludruk ini tidak tenggelam oleh zaman,” ujarnya, yang mengaku juga senang dengan seni ludruk.
Menurut Wabup Nur Ahmad, seni ludruk ini tidak kalah dengan aksi seperti stand up komedi seperti saat ini. Malah bisa jadi dagelan dalam seni ludruk lebih lucu dan mengocok perut penontonnya. Sebab selain lucu dalam ucapan-ucapanya, juga lucu dalam mimik muka dan dandanan pakaian para pemainnya.
“Saya sebagai orang tua, kalau melihat dagelan dalam seni ludruk sampai tertawa terpingkal-pingkal. Juga kata orang, melihat dagelan ludruk itu sampai lupa bila punya utang,” ucapnya. [kus]

Tags: