Booming Berkampanye Melalui Media Kaos dan Tempat Wisata

Reka, salah satu penjaga stand kaos Callaret karya Wahid Wahab di pusat oleh oleh dan seni di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Mimbaan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo. [sawawi]

Antusias Warga Kenalkan Visit Situbondo Years 2019

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Tanpa dipandu secara terencana, masyarakat Situbondo kini mulai heboh dengan program Pemkab Situbondo bernama ‘Visit Situbondo Years 2019’. Berbagai elemen masyarakat yang kini mendapat julukan Bumi Shalawat Nariyah itu tampak bahu-membahu dan kompak mengenalkan ikon unggulan yang dimiliki Situbondo. Mulai ungulan bidang wisata, religi, pertanian dan bidang industri pembuatan kaos ikut disosialisasikan melalui media sosial (medsos) seperti instagram, Line, Whats App, Faceebook dan lainnya.
Ada berbagai tulisan dan ikon yang kini mulai booming dibalik meluasnya kampanye melalui kaos di Situbondo. Misalnya saja, ‘Situbondo Kota Sholawat Nariyah’, You Tube Kancana You Sube’ dan ‘Kunjungi Situbondo Bosss’. Yang lucu lagi, ada tulisan dalam ikon kaos bertuliskan bahasa Madura seperti ‘Ma’ Ce’ Apessa Bula Neko, Nemmo Lako Perak Daddi Rosoro. Lalu ada tulisan lain, “Olle Pesse Perak saparo, Olle Kanca Perak Dika Malolo. Terakhir, ada ikon berbunyi, ‘Salah Lopot Nyo’on Sapora; Ma’ Perak Dika Kadibik Sapolo Oreng Pade Ben Dika Bule Tak Nyorot, Paleng Buru.
Salah satu yang getol ikut berkecimpung dalam kesuksesan program Visit Situbondo Years 2019 adalah Wahid Wahab, pria yang kesehariannya menjabat sebagai Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Situbondo.
Wahid-panggilan karibnya, sudah cukup lama melaunching pembuatan kaos ikon unggulan Kabupaten Situbondo bernama Callaret. “Agar program ini tepat sasaran dan berhasil baik saya memajang hasil karya kaos di pusat oleh oleh dan seni (Pasesi) di Jalan Basuki Rahmad, Kelurahan Mimbaan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo,” ujar mantan Kasi di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo itu.
Dia menceritakan, awalnya gagasan dirinya kurang begitu menonjol karena berbagai alasan seperti minimnya promosi dan faktor kurangnya finansial. Tetapi lambat laun, usaha yang digagas Wahid mulai mendapat simpati seiring dengan program Pemkab ‘Visit Situbondo Years 2019’. Kini usaha pembuatan kaos dengan menonjolkan gambar ikon unggulan Situbondo dengan nama Callaret itu mulai dilirik berbagai kalangan di Kota Santri dan bahkan diminati sejumlah warga di Kabupaten tetangga. “Setiap harinya ada saja yang membeli kaos Callaret yang yang di pajang di Pasesi Situbondo,” paparnya.
Namun Wahid mengaku usahanya masih kurang optimal karena belum adanya keberpihakan dari Pemkab Situbondo untuk mendukung pembuatan paten ikon yang pas untuk Situbondo. pengambilan ikon kaos bernama Callaret (corat coret yang tak terbatas) dirasa masih belum pas dengan ikon potensi yang dimiliki Situbondo. Meski demikian, aku Wahid, apa yang ia gagas sudah dapat membantu pengenalan potensi Situbondo di level regional, nasional dan bahkan Internasional. “Ini kan bisa kita promosikan disaat lebaran, dimana banyak wisatawan yang berkunjung ke Situbondo,” usul Wahid.
Dimata Wahid, Pemkab Situbondo kedepan harus punya konsep dan strategi untuk mengembangkan media kaos ini sebagai media promo daerah dan bisa diperkenalkan diberbagai tempat secara kolektif. Misalnya, sebut dia, ada Dinas terkait yang mau memproduksi kaos dengan jumlah banyak melalui APBD dan Bupati mendukung pemakaian kaos ikon itu kepada seluruh OPD (organisasi perangkat daerah) Situbondo.
“Misalnya Bupati mengajak semua karyawan ASN tiap hari Jumat dengan memakai kaos ikon Situbondo. sehingga lmbat laun nanti akan booming dan diikuti oleh masyarakat. Disisi lain tanpa disadari nantinya perekonomian masyarakat bakal ikut meningkat,” papar Wahid.
Wahid menambahkan kaos Callaret yang ia buat sebenarnya bisa diambil alih oleh Pemkab Situbondo demi menyejahterakan masyarakat dan menambah perluasan kerja masyarat Situbondo. Apalagi, menurut Wahid, Pemkab Situbondo ikut menstimulasi dan memasukkan Callaret pada promosi derah maka hasilnya akan lebih mengena.
“Saya usul agar Pemkab Situbondo mempatenkan karateristik kaos etnik Situbondo sehingga era boming saat ini akan memiliki makna dan arti yang sebenarnya. Jka saja Pemkab memfasilitasi dan bukan melibatkan orang perorang semata maka sporadisasi sosialisasi kaos ini terwadahi dengan baik,” pungkas mantan Sekcam Mangaran itu.
Senada dengan Wahid, Reka asal Situbondo juga memiliki usulan yang sama. Kata Reka, Disperdagin Situbondo sebagai salah satu dinas terkait bisa menginisiasi program pembuatan ikon kaos khas Situbondo. Apalagi, imbuh Reka, tahun depan Disperdagin mulai melakukan pelatihan sablon kaos melalui Bidang Perindustrian. Jika media kaos kini mulai booming duluan, ungkap Reka, maka itu sangat seirama dengan usaha sablon masyarakat Situbondo.
“Seharusnya Pemkab itu mengirim tenaga magang dulu ke tempat pusat kaos terkenal seperti Jogja dan Bali. Nanti setelah magang, Pemkab menyiapkan bahannya, lalu membuat kaos sebanyak mungkin dengan melibatkan Bupati dan OPD digarda terdepan dalam pengenalan didepan publik. Insya Alah akan sukses,” ucap Reka.
Tak cukup itu, lanjut Reka, kaos yang sudah diprodusi ditempat usaha masyarakat itu harus dibuat berkualitas dan berbeda dengan jenis kaos konvensional, sehingga akan mendapatkan perhatian di pasaran nasional. Dengan membomingnya media kaos ini bukan hanya untuk mengangkat sektor wisata semata, tegas Reka, melainkan untuk membawakan seluruh potensi Situbondo diberbagai kelas.
“Perkara nanti dimanfaatkan untuk mendukung pariwisiata, yang harus dibuatkan kaos yang ikonnya sesuai dengan Visit Situbondo Years 2019. Untuk itu kita harus punya karateristik sendiri. Misalnya seperti Joger Bali, Dagadu Jogja dan Gandrung Banyuwangi,” terang Reka.
Pengamat sosial budaya Situbondo Irwan Rakhday berpendapat, Situbondo bisa melakukan studi banding ke Bali dan Jogja karena di dua wilayah itu memiliki kekuatan ikon wisata yang bagus. Selain Jogja dikenal sebagai Kota Budaya dan Bali dikenal dengan kota wisata, masyarakat disana juga dikenal memiliki kegigihan dalam berusaha dan ikut mendukung program Pemerintah, baik di sektor usaha kaos maupun pengembangan sektor wisata.
“Disana masyaraktnya memiliki kecepatan tinggi dalam berwirausaha walaupun perorangan. Citra ikon daerah juga dapat mendukung boomingisasi melalui sebuah kaos. Yang terpenting lagi, membuat ikon daerah melalui kaos dapat membuka lapangan usaha baru bagi masyarakat Situbondo,” tandasnya. [sawawi]

Tags: