Box Culvert Mandeg, Pembukaan Jembatan kenjeran Jalan di Tempat

Sungai yang ada di Jalan Sukolilo Lor dipenuhi sampah akibat proyek box culvert berhenti, Senin (28/3) kemarin. [Gegeh Bagus/bhirawa]

Sungai yang ada di Jalan Sukolilo Lor dipenuhi sampah akibat proyek box culvert berhenti, Senin (28/3) kemarin. [Gegeh Bagus/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Belum jelasnya pembukaan Jembatan Kenjeran sudah mulai terlihat. Salah satu penyebabnya yakni belum tuntasnya pembangunan box culvert yang ada di Jalan Sukolilo Lor. Sebab, wilayah inilah yang menjadi akses jalan keluar setelah melewati Jembatan yang digadang-gadang menjadi ikon wisata baru di Kota Metropolitan.
Dari pantauan Bhirawa, tidak ada tanda-tanda pengerjaan box culvert yang tepat di depan Kantor Kelurahan Sukolilo Lor. Saluran tersebut tampak menganga lantaran proyek box culvert berukuran besar berhenti. Hal ini membuat semakin kumuh kawasan yang menghubungkan ke arah Jalan Kenjeran. Banyaknya sampah di sungai yang akan ditutup box culvert pun menjadi tampak kumuh.
Camat Bulak Suprayitno pun mengakui molornya pembukaan Jembatan Kenjeran dikarenakan pembangunan infrastruktur ada yang berhenti. Salah satunya, proyek box culvert yang ada di Sukolilo Lor. Sekitar seratus meter sungai tersebut tampak kumuh karena banyaknya sampah.
“Kalau warganya sudah siap kalau ada pengerjaan box culvert yang sempat berhenti. Minggu-Minggu ini sepertinya mulai dilaksanakan pengerjaannya karena sudah ada pemenang lelangnya,” kata Suprayitno saat ditemui Bhirawa di Kantornya, Senin (28/3) kemarin.
Prayit sapaan akrabnya mengatakan, selain itu yang menjadi penyebab belum dibukanya Jembatan Kenjeran juga infrastruktur Jalan Cumpat menuju SIB (Sentra Ikan Bulak) ada pelebaran jalan. “Rumah-rumah warga daerah Cumpat pun sudah ganti untung semua. Yang penting itu pas jalan tikungan karena sangat sempit, Kami minta untuk membongkar sendiri,” ujarnya.
Selian infrastruktur sebagai penunjang akses menuju Jembatan Kenjeran tak kunjung usai, Prayit menjelaskan sesuai instruksi dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bahwa kesiapan warganya yang diutamakan. Menurutnya, jembatan ini kalau tidak ada manfaatnya ke warga akan sia-sia.
“Kategori kesiapan warga ini dengan berbagai kami melakukan pendekatan. mulai dari penyuluhan, siap menerima tamu. Nah, ini sudah hampir 90 persen lah. Jadi mereka sebagai penonton, ketika ada tamu mereka menyuguhkan,” terangnya.
Ditanya, sampai kapan warga benar-benar siap, Prayit belum bisa memastikan sampai kapannya. Namun, ia bisa mengukurnya melalui gelaran festival Bulak Fest 2016. Menurutnya, Event tersebut digeber selama satu minggu mulai tanggal 3-10 April 2016. “Kami bisa mengukurnya dari gebyar festival Bulak Fest tersebut seberapa jauh kesiapan warganya,” akunya.
Sementara itu, Ketua Nelayan Mandiri di Nambangan Cumpat Kelurahan Kedung Cowek, Sumali yang menghandle 650 nelayan belum pernah dilibatkan. Menurutnya, pemerintah kurang agresif dalam bersosialisasi ke masyarakat khususnya penataan kampung nelayan.
“Apalagi terkait masalah peresmian Jembatan Kenjeran, kalau hanya menunggu penataan kampung nelayan, sedangkan kami bersama 650 nelayan ini juga menunggu program dari pemerintah jadinya kan nggak nyambung. Nah ini sampai kapan?,” herannya.
Menurut Sumali, kampung nelayan Nambangan Cumpat adalah kampung nelayan tertua yang ada di pesisir pantai Kenjeran. Seharusnya, masyarakat banyak dilibatkan dalam hal penataan kampung terutama kebersihannya.
“Malah kami ini mendorong pemerintah mengajak lebih proaktif kepada masyarakat. “Warga Nambangan Cumpat ini nggak pingin muluk-muluk kok, kami ini hanya ingin kampung ini berubah seperti kampung-kampung lain yang bersih,” terangnya. (geh)

Tags: