BPBD Bakal Pasang CCTV Pantau Bromo

Petugas terus pantau erupsi G. Bromo di lautan pasir.

Petugas terus pantau erupsi G. Bromo di lautan pasir.

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Gunung Bromo yang terus erupsi membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo bakal memasang CCTV untuk melihat langsung visual gerak gerik kawah Gunung Bromo. Rencananya, CCTV itu bakal dipasang di empat titik, di kawasan kawah Gunung Bromo.
Sebagai badan yang bertanggung  jawab akan penanggulangan bencana di kabupaten Probolinggo, selama erupsi Gunung Bromo terjadi, BPBD Kabupaten Probolinggo hanya mendapat data saja, padahal data itu hanya bisa dipahami oleh orang-oranng tertentu saja. Hal ini diungkapkan Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo, Dwi Joko Nurjayadi, Selasa (13/9).
Menurut Dwi Joko Nurjayadi, pemasangan CCTV itu bakal di lakukan tahun 2017. BPBD sudah mengajukan pendanaan pada BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), supaya terobosan itu bisa tercapai dan terpenuhi. “Saat ini sudah dalam pengkajian Deputi Bencana, mudah-mudahan setelah dilakukan pemaparan, segera dilakukan pemasangan CCTV,” ujarnya.
CCTV  tersebut akan dipasang di empat titik kawasan Gunung Bromo dari berbagai arah, dan pemasangan itu menggunakan tower tahan lama. “Begitu juga CCTV-nya, yang tahan panas dan tahan dingin. Harga CCTV-nya sekitar Rp 60 juta per unit,” katanya.
Dikatakannya, setelah dilakukan pemasangan, nantinya BPBD Kabupaten Probolinggo menjadi operator langsung. Bahkan, empat daerah yang berada di kawasan Gunung Bromo seperti Lumajang, Malang dan Pasuruan sendiri, bakal bisa tersambung dengan CCTV itu. “Harus terkoneksikan ke operator,” tandasnya.
Pemasangan CCTV sudah selesai nantinya, di pintu masuk pintu gerbang Gunung Bromo bakal dipasang videotron, yang  juga dikoneksikan dengan CCTV. “Tujuannya, untuk para wisata. Supaya para wisata tahu betul dengan kondisi Bromo pada saat terjadi erupsi, mana siaga mana waspada,” ungkapnya.
Dimana  dalam pemasangan itu, nantinya bekerja sama dengan Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya (UB). “Supaya real time, karena ketika waspada erupsi, data yang masuk enam jam sekali, kalau siaga 12 jam sekali,” paparnya.
Lebih lanjut dikatakannya, selama ini pihaknya rutin mendapatkan informasi aktivitas gunung Bromo dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bromo di Cemorolawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura. Hanya saja, sesuai aturan baru PGA Bromo harus melaporkan ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung.
Dari aturan baru tersebut, kami baru bisa menerima aktivitas gunung Bromo dari BMKG. Akhirnya kami berinisiatif untuk mengusulkan CCTV. Rencananya kami akan memasang tiga kamera di kawah Bromo, Pos PGA Bromo dan Pundak Lembu.
Menurut Joko, kamera CCTV menggunakan energi listrik solar cell (sel tenaga matahari). “Nantinya hasil dari visual CCTV ini akan dikirim ke Pusdalops PB (Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana) Kabupaten Probolinggo,” terangnya.
Pemasangan kamera CCTV ini bermanfaat untuk mengetahui lebih dini aktivitas gunung api Bromo secara visual. Setelah mendapatkan aktivitas visual Bromo, nantinya BPBD akan melakukan konsultasi ke Pos PGA Bromo secara teknis mulai dari gempa tektonik dan dalam sehingga bisa menentukan levelnya. “Kalau asapnya putih itu normal,” lanjutnya.
Joko menerangkan, pemasangan kamera CCTV ini untuk menambah alat deteksi bencana selain banjir. Alat deteksi kebencanaan itu meliputi gempa, erupsi dan banjir. Sementara untuk longsor sudah ada tetapi belum efektif.
“Khusus untuk alat deteksi kebencanaan harus berstandar SNI. Termasuk personel BNPB dan BPBD. Setidaknya dengan adanya CCTV ini akan mempermudah kerja sama dalam memantau aktivitas gunung Bromo,” tambahnya. [wap]

Rate this article!
Tags: