BPBD Bojonegoro Perkuat Melalui Pembentukan Desa Tangguh Bencana

Kepala BPBD pemkab Bojonegoro, Andik Sudjarwo menjelaskan bahwa mengenalkan tentang program desa tangguh di Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Mempunyai wilayah rentan terjadinya bencana, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memperkuat desa dengan pembentukan desa tangguh bencana tahun 2017.
Rencana perluasan desa Tangguh Bencana ini  muncul dalam acara acara seminar kabupaten pembentukan desa tangguh bencana , Kamis(9/11), yang menghadirkan narasumber dari BPBD Provinsi Jawa Timur dan BPBD Kabupaten Bojonegoro.
Saat ini di Bojonegoro terdapat di 4 Desa di 3  Kecamatan Yakni Desa Kedungprimpen dan Gedongarum Kecamatan Kanor, Desa Mojo Kecamatan Kalitidu dan Desa Bogo Kecamatan Kapas.
Kepala BPBD pemkab Bojonegoro, Andik Sudjarwo menjelaskan bahwa mengenalkan tentang program desa tangguh di Bojonegoro.
“Tujuannya menyampaikan informasi hasil capaian desa tangguh bencana, dan kesiapan dengan seperti Sibad, Kampung Siaga dan lain sebagainya sebagai mitra,”ungkap Andik Sudjarwo.
Asisten III Bidang Administrasi Umum Pemkab Bojonegoro, Yayan Rohman, AP MM menyampaikan, bahwa daerah yang dilalui sungai besar itu adalah suatu anugerah luar biasa, karena pada zaman dahulu sungai adalah salah satu sarana transportasi yang sangat penting.
Bencana  banjir Bengawan Solo 10 tahun yang lalu , lanjut Yayan, menjadi titik balik penanganan bencana .
“Dari hal itu maka kita kini bisa menghitung dampak, waktu dan ketinggian banjir akibat luapan sungai bengawan solo. Dengan sistem tata kelola bencana, maka kita berhasil meraih penghargaan nasional tata kelola bencana terbaik,” ujarnya.
Terkait desa siaga, sosialisasi dan pemahaman warga harus senantiasa diberikan sehingga mereka paham dengan resiko terhadap bencana. Sebelum 4 desa ini Bojonegoro juga sudah ada desa tangguh bencana. Ini kepentingan bersama yang harus senantiasa didukung oleh semua komponen yang ada.
Sementara Kepala Desa Gedongarum, Suherman menjelaskan bahwa didesa pelatihan dan simulasi yang digelar oleh BPBD yang melibatkan kader – kader yang kedepannya akan dibentuk pokja pokja dengan 20 indikator.
“Dalam waktu dekat ini BPBD juga akan melatih pokja pokja yang kemudian akan dilakukan pemetaan daerah terdampak dan rawan serta ditentukan juga titik evakuasi dan dapur umum,” jelasnya.
Dituturkan Suherman, bahwa Gedongarum sering terjadi banjir biasanya banjir mulai melanda dia akhir Desember sampai Maret. Sebenarnya banjir luapan sungai Bengawan Solo ini sudah akrab dengan warga namun penanganan yang dilakukan belum tersistematis.
” Kini dengan ditentukannya desa ini menjadi desa tangguh bencana maka kemampuan warga makin meningkat apalagi didukung dengan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan BPBD,” ujar.
Ia menambahkan, warga desanya menyambut baik inisiatif pemkab dan BPBD yang menjadikan daerah rawan bencana menjadi desa tangguh bencana, karena ini mengedukasi warga agar sigap dan bisa tahu apa yang harus dilakukan berbekal pengetahuan yang didapatkan.
Setidaknya kami mampu mengatasi dan berupaya dengan daya seluruh warga tentunya. Namun jika terjadi hal diluar kemampuan maka pihaknya akan cepat melakukan koordinasi. [bas]

Tags: