BPBD Gandeng ITS Teliti Geolistrik di 10 Daerah Jatim

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Gatot Soebroto (kanan) melihat air sumur hasil geolistrik BPBD dengan ITS pada Selasa (13/10) di Balai Desa Kramat.

Solusi Permanen Potensi Titik Sumber Air
BPBD Jatim, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim menggandeng Laboratorium Fisika Bumi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam penelitian geolistrik. Tujuannya mencari solusi permanen atasi kekeringan dengan melakukan penelitian terhadap potensi titik sumber air (geolistrik) di daerah – daerah kering.
Tim BPBD dan ITS turun ke lokasi sejak awal Oktober lalu, dan melakukan survei di 100 titik pengukuran yang tersebar di 10 daerah di Jatim. Yaitu di Kabupaten Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Gresik, Ngawi, Pacitan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Menurut Plt Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Yanuar Rachmadi, upaya pencarian titik sumber air tanah ini dilakukan sebagai bahan rujukan bagi pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah Provinsi, Kabupaten maupun Desa yang mencari sumber air guna mengatasi kekeringan di daerahnya.
“Langkah ini menjadi solusi bagi masyarakat yang sedang berupaya mencari titik sumber air tanah di daerahnya,” kata Yanuar, Rabu (14/10).
Penelitian ini, sambung Yanuar, menjadi upaya kesiapsiagaan terhadap bencana kekeringan yang selalu terjadi setiap tahun di daerah rawan kekeringan. Nantinya di setiap daerah, penelitian geolistrik mengambil sampel di dua Desa. Dan di setiap Desa, pencarian titik sumber air tanah ini dilakukan di lima lokasi.
Sementara Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Gatot Soebroto menambahkan, dari penelitian geolistrik yang telah dilakukan pada Selasa (13/10) di Desa Kramat, Kabupaten Lamongan. Hasilnya langsung bisa dimanfaatkan Pemerintah Desa setempat. Pihaknya juga mendatangi Desa Kramat untuk melihat langsung hasil pembuatan sumur di sekitar titik pencarian sumber air, tepatnya di halaman Dalai Desa setempat.
“Penelitian geolistrik yang dilakukan ini langsung bisa memberi manfaat bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Alhasil, sumur yang digali di area titik penelitian memang memancarkan air tawar, seperti yang diharapkan masyarakat dan Kades Kramat, Eko Wahyudi,” ungkap Gatot.
Gatot menjelaskan, tak hanya di Lamongan. Dihari yang sama penelitian geolistrik juga berlangsung di Tuban, tepatnya di Desa Tanggulangin dan Pacing. Kemudian di Bojonegoro, tepatnya di Desa Nganti dan Luwihaji. Rencananya, penelitian geolistrik yang dilakukan Tim BPBD Jatim bersama Laboratorium ITS akan berlanjut di tujuh daerah lain. ”Diperkirakan, pada pertengahan November nanti penelitian di semua daerah sudah selesai,” ucapnya.
Sedangkan Kepala Desa (Kades) Kramat, Eko Wahyudi menjelaskan, selama ini wilayah Desa Kramat yang terdiri dari tiga Dusun yang kerap mengalami kekurangan air tawar saat memasuki musim kemarau. Dari tiga dusun yang ada, sumber air tawar hanya ada di separuh Dusun Ngablak. Sedang sisanya, di Dusun Cekel dan Dusun Kramat, semua sumurnya mengeluarkan air asin.
“Sumur ini sengaja dibuat di halaman Balai Desa, agar tak ada polemik soal kepemilikan lahan,” bebernya.
Eko mengaku, penelitian geolistrik yang dilakukan BPBD Jatim ini memberi referensi baru bagi desanya dalam mencari titik sumber air. ”Selama ini, bahan rujukan masyarakat untuk mencari sumber air hanya melalui terawangan (pandangan gaib). Dengan adanya hasil penelitian ini, kita sekarang punya rujukan dasar ilmiah untuk menentukan kebijakan titik lokasi pembuatan sumur,” pungkasnya. [bed]

Tags: