BPBD Jatim Petakan 23 Kabupaten Masuk Kategori Kering Kritis

Peta sebaran bencana kekeringan di Jawa Timur.

Siapkan Droping Air Bersih, Tandon dan Jeriken
BPBD Jatim, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim memetakan daerah-daerah di Jawa Timur yang berpotensi kekeringan. Dari 29 Kabupaten di Jatim, sebanyak 23 Kabupaten mengalami kekeringan kategori kering kritis.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Budi Santosa menjelaskan, dari 23 Kabupaten ini sebanyak 622 Desa dari 232 Kecamatan mengalami kering kritis. Sedangkan untuk kategori kering langka terjadi di 20 Kabupaten/Kota di Jatim dan berdampak di 378 Desa dari 198 Kecamatan. Sedangkan kering langka terbatas terjadi di 9 Kabupaten dan berdampak di 166 Desa dari 70 Kecamatan.
“Tiga Kabupaten di Jawa Timur yang mengalami kering kritis tertinggi adalah Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Lamongan,” kata Kalaksa BPBD Jatim, Budi Santosa kepada Bhirawa, Rabu (10/8).
Di Kabupaten Sampang, sambung Budi, kering kritis ini terjadi di 78 Desa di 13 Kecamatan. Sementara di Kabupaten Bangkalan terjadi di 69 Desa di 13 Kecamatan. Dan di Kabupaten Lamongan terjadi di 45 Desa di 17 Kecamatan. Sedangkan Kabupaten yang mengalami kering kritis terendah adalah Kabupaten Bojonegoro, yakni 5 Desa di 16 Kecamatan.
Budi memaparkan, 23 Kabupaten yang masuk kering kritis adalah Sampang, Bangkalan, Lamongan, Ngawi, Pacitan, Gresik, Tuban, Pamekasan, Probolinggo, Banyuwangi, Nganjuk, Pasuruan, Ponorogo, Malang, Trenggalek, Blitar, Bondowoso, Sumenep, Magetan, Situbondo, Lumajang, Mojokerto dan Bojonegoro.
“Setelah maping, kita langsung arahkan droping air, tapi tetap menunggu permintaan droping air. Kalau ada permintaan tandon air dan jeriken, kita kirim karena sudah kami siapkan semua,” tegasnya.
Pihaknya menambahkan, langkah-langkah yang dilakukan BPBD Jatim adalah tanggap darurat dengan siap melakukan droping air bersih. Selain itu, pihaknya juga menyediakan bantuan tandon air dan jeriken. BPBD Jatim, sambungnya, juga berkoordinasi dengan Dinas PU Sumber Daya Air dalam pembangunan embung geomembrane. Kemudian Dinas PU untuk pelaksanaan pembangunan sumur bor, pemasangan pipa dan bak penampungan air atau hidran.
“Kita coba ke depan lebih konsisten pada pencegahan supaya angka kekeringan itu turun. Memang turunnya bisa memakan waktu 8 sampai 10 tahun, tapi saya optimis bisa turun. Seperti di Banyuwangi, itu sumber airnya keluar,” pungkasnya.
Kekeringan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Kering Langkah Terbatas, dimana persediaan air masyarakat per hari kurang lebih 30-60 liter dan mengambil air bersih maksimal 0,1-0,5 kilometer. Kedua, Kering Langka, yakni persediaan air masyarakat per hari hanya 10-30 dan mengambil air dengan jarak 0,5-3,0 kilometer. Terakhir Kering Kritis, yaitu persedian air masyarakat per hari kurang dari 10 liter dan mengambil air dengan jarak lebih dari 3 kilometer. [bed.wwn]

Tags: