BPBD Jawa Timur Pastikan Kesiapan Anggaran Dropping Air Bersih

truk tangki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) mendistribusikan air bersih di daerah yang terdampak kekeringan.

(24 Kabupaten/Kota Rawan Kekeringan)

Surabaya, Bhirawa
Musim kemarau 2019 berdampak di 24 Kabupaten/Kota di Jatim yang berpotensi kekeringan. Mengatasi permasalah tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim sudah menyiapkan anggaran untuk dropping air bersih di daerah maupun wilayah terdampak kekeringan.
“Anggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur lewat BPBD Jatim sudah ada. Bahkan anggaran untuk dropping air bersih ini sudah siap,” kata Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Suban Wahyudiono kepada Bhirawa, Rabu (26/6).
Kapan pun dibutuhkan (anggaran) oleh Kabupten/Kota, Suban mengaku siap. Namun dalam hal ini pihaknya tidak mempersoalkan terkait anggaran. Sebab, antisipasi itu sudah dilakukan oleh Dinas-Dinas. Bahkan di tingkat Kabupaten/Kota semua sudah siap. Tinggal nanti adalah kekurangan, barulah akan dibahas.
“Semua (anggaran) itu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Tapi kurang atau tidaknya kami belum tahu. Karena dari Kabupaten/Kota belum ada yang meminta (anggaran ke Provinsi),” jelasnya.
Masih kata Suban, walaupun sekarang ada 1-2 daerah maupun Desa yang sudah minta kiriman air. Tapi hal itu masih bisa dicukupi oleh Kabupaten setempat. Sehingga belum meminta ke Provinsi.
Bahkan langkah dari Pemerintah Provinsi, sambung Suban, Gubernur bersurat kepada Bupati dan Wali Kota agar siap siaga pada musim kemarau 2019. Dan juga melakukan rapat koordinasi untuk memetakan wilayah rawan kekeringan, serta menyiapkan anggaran untuk dropping air bersih.
“Intinya semua sudah siap. Baik mulai dropping air bersih, sarana prasarana seperti tandon air, jerigen dan terpal, siap semua,” ucap Suban.
Pihaknya menambahkan, dropping air bersih ini sudah dimulai awal bulan Juni. Diantaranya pada 13 Juni sudah melakukan dropping air bersih di tiga Desa di Lamongan dan 14 Desa di Lumajang.
Kemudian pada 19 Juni melakukan dropping air bersih di empat Desa yang ada di Trenggalek. Pada 22 Juni dropping air bersih dilakukan di tiga Desa di Pacitan.
“Dropping air bersih ini dilakukan sesuai dengan pemetaan daerah maupun Desa-desa yang rawan kekeringan. Dan itu tergantung dari permintaan masyarakat setempat, sehingga apabila ada meminta maka BPBD setempat akan melakukan dropping air bersih sesuai kebutuhan wilayah,” tambahnya.
Suban merincikan, dari 38 Kabupaten/Kota di Jatim, sebanyak 24 Kabupaten, 180 Kecamatan dan 566 Desa berpotensi rawan kekeringan. Bahkan dari 566 Desa dipetakan lagi, yakni 199 Desa tidak ada potensi air, artinya tidak ada persediaan air dan sumber air juga tidak ada. Sementara di 367 Desa masih ada potensi airnya.
Suban membeberkan, dari 566 Desa itu daerah atau Desa yang paling banyak berpotensi yaitu 67 Desa di Kabupaten Sampang. Sementara di Tuban ada 55 Desa, dan Ngawi, Pacitan, Lamongan ada 45 Desa.
Kalau dipetakan setiap Bakorwil, lanjut Suban, Bakorwil Madiun ada 42 Kecamatan dan 138 Desa yang terimbas. Bakorwil Bojonegoro ada 51 Kecamatan dan 164 Desa.
Sedangan di Bakorwil Malang ada 19 Kecamatan dan 47 Desa yang terimbas. Selanjutnya Bakorwil Pamekasan ada 40 Kecamatan dan 56 Desa. Disusul Bakorwil Jember ada 28 Kecamatan dan 61 Desa terimbas.
“Berdasarkan surat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perihal prakiraan cuaca, bahwa pada Juni ini sudah masuk musim kemarau. Dan puncaknya (kemarau) pada Agustus mendatang,” pungkasnya. [bed]

Tags: