BPBD Kab.Kediri Mulai Pasok Air Bersih

Warga Di Kecamatan Ngetos mulai beralih ke sungai untuk aktivitas mandi, cuci dan kakus, karena sumur mereka sudah mengering.(ristika/bhirawa)

Warga Di Kecamatan Ngetos mulai beralih ke sungai untuk aktivitas mandi, cuci dan kakus, karena sumur mereka sudah mengering.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Setelah sejumlah irigasi dan waduk kering, kini giliran sumur-sumur warga yang tidak lagi menyisakan air. Kondisi tersebut memaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk harus memasok air bersih ke kantong-kantong kekeringan.
Seperti dialami warga lima desa di Kecamatan Ngetos yang selama hampir dua bulan terpaksa melakukan aktivitas mandi, cuci, kakus di sungai. Setidaknya ratusan kepala keluarga (kk) di desa ngetos, desa tempuran, desa bajulan, desa mojoduwor dan desa dampit mendesak untuk mendapat pasokan air bersih.
“Warga lima desa di Kecamatan Ngetos kini mulai ambil air di sungai. Macam-macam, untuk cuci dan mandi, untuk minum hewan ternak ada juga untuk mengisi bak mandi yang air sumurnya sudah kering,” ujar Sareh, warga Desa Mojoduwur Ngetos.
Di tempat tinggalnya, Sarehh mengaku sumur rumahnya yang memiliki kedalaman sekitar 7 meter sudah kering. Karena itu sudah dua bulan warga mandi dan cuci pakaian di sungai, walaupun airnya keruh dan kotor tetap saja diambil untuk dibawa untuk kebutuhan rumah tangga.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kecamatan Ngluyu, sehingga setiap hari warga harus mencari air bersih sejauh 5 kilometer di tempat penampungan air bantuan pemerintah. Namun, karena musim kemarau yang panjang, berakibat sumber air yang disalurkan di tandon-tandon itu mengering.
Kepala BPBD Kabupaten Nganjuk, Soekonjono mengatakan jika pihaknya telah mengirim pasokan air bersih ke daera rawan kekeringan. Diantaranya Desa Gampeng dan Desa Tempuran Kecamatan Ngluyu, yang telah mendapat pasokan 2 truk tangki air bersih. “Pasokan air kami kirim ke Gampeng dan Tempuran, nantinya akan kita sebar di beberapa titik tandon air yang sebelumnya sudah ada, warga tinggal memgambil di wilayah yang terdekat,” ujar Soekonjono.
Sebenarnya, kata Soekonjono, di Desa Tempuran ada tujuh bak penampungan air yang memang disediakan untuk warga. Akan tetapi sejak dua bulan yang lalu, air sudah tidak lagi mengisi bak penampungan itu karena debitnya yang semakin kecil. “Bak penampungan ini setiap hari akan kita isi,” jelasnya.
Saat ini kekeringan belum mencapai puncaknya, diperkirakan puncak kekeringan pada pertengahan Oktober. Namun demikian, di dua desa wilayah Kecamatan Ngluyu tersebut, air bersih sudah sulit didapat. “Setiap dua hari sekali kami memasok air bersih sesuai dengan permintaan warga,” ujar Soekonjono.
Lebih lanjut Soekonjono juga mengungkapkan, saat ini baru wilayah Kecamatan Ngluyu yang meminta pasokan air bersih. Sementara wilayah lain yang juga berpotensi mengalami kekeringan adalah Kecamatan Lengkong, Kecamatan Gondang dan Kecamatan Loceret.
Namun hingga saat ini ketiga kecamatan tersebut belum mengajukan pasokan air bersih. “Pengiriman air bersih ke lokasi kekeringan berdasarkan permintaan, jika belum ada permintaan dari desa maupun kecamatan berarti pasokan air di wilayah setempat masih mencukupi,” terangnya.
Dijelaskan, untuk saat ini pasokan air ke lokasi kekeringan masih mampu dilayani dengan armada milik BPBD. Namun bila kekeringan telah mencapai puncak, maka BPBD akan meminta bantuan armada truk tangki dari PDAM dan Dinas PU Cipta Karya. Pasalnya saat ini BPBD hanya menyiagakan satu unit truk tangki setiap harinya.
Pihak BPBD sendiri juga menghimbau kepada pemerintah desa dan kecamatan untuk segera melaporkan kondisi wilayah yang berpotensi kekeringan. Sehingga, BPBD akan melakukan optimalisasi terhadap pasokan air bersih ke lokasi rawan kekeringan. Sebab saat ini statusnya sudah tanggap darurat dan harus segera mendapat penanganan cepat. [ris]

Tags: