BPBD Kota Malang Imbau Warga Waspadai Musim Kemarau

Kota Malang, Bhirawa
Saat musim kemarau, potensi bencana masih harus diwaspadai, diantaranya kebakaran, udara kering, cuaca dingin termasuk tanah longsor.
Untuk bencana tanah longsor, dimungkinkan terjadi di musim kemarau, khususnya di kawasan yang memiliki kemiringan lahan cukup curam, tak ada vegetasi penahan tanah, serta memiliki riwayat geofisika tanah yang mengering atau pecah-pecah jika tak ada air.
Analis Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Mahfuzi menilai, penyebab utama longsor memang bukan musim kemaraunya. Namun tanah yang pecah, merekah akibat kurangnya air menyebabkan jarak antar pori merenggang.
Saat kemarau dengan evapotranspirasi yang meningkat tajam berpotensi hilangnya kadar air dalam tanah. Hal ini membuat tanah menjadi rentan pecah bahkan retak-retak.
“Saat hujan turun meski intensitasnya rendah, maka tanah itu akan rawan longsor. Secara fisik, tanah yang pecah atau retak apalagi berada di lereng tebing jika mendapat tekanan atau beban, misalkan adanya aktivitas, getaran bahkan hujan intensitas rendah akan memicu longsor,” ungkap Mahfuzi,” katanya Senin (12/8) kemarin.
Kota Malang juga , memiliki topografi wilayah dengan kontur tinggi rendah. Akibatnya, Kota Malang menyimpan kerawanan bencana khususnya gerakan tanah atau tanah longsor. “Kini longsor tak hanya didominasi saat musim hujan datang. Saatnya bagi kita semua bersikap waspada dan hati-hati,”tuturnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengeluarkan rilis pada bulan Agustus ini menyebutkan, Kecamatan Lowokwaru dan Sukun masuk dalam kategori rawan pergerakan tanah.
Tingkat potensi gerakan tanah di kedua kecamatan ini tergolong menengah. “Tidak ada yang tahu kapan bencana itu terjadi, langkah kita hanyalah meminimalkan risiko bencana dengan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat,” ujar dia.
Pihknya menambahkan, salah satu daerah rawan longsor adalah bantaran sungai. Kendati demikian, memang sulit untuk mencegah terjadinya pemanfaatan lahan di bantaran sungai, lahan kritis maupun kawasan yang curam akibat faktor demografi dengan naiknya kebutuhan lahan. Meski berbahaya namun ada saja yang nekad mendiami wilayah tersebut.
“Yang bisa dilakukan adalah mewaspadai saat awal musim hujan datang. Kenali wilayah dengan melakukan monitoring lingkungan. Amati secara visual dan jika perlu laporkan ke BPBD,” pungkasnya. [mut]

Tags: