BPBD Kucurkan Dana Bencana Rp 19 Miliar

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Kab Malang, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang dalam kurun tiga tahun terakhir ini telah mengucurkan anggaran sebesar Rp 19,9 miliar. Besaran anggaran tersebut di antaranya digunakan untuk kepentingan penanggulangan bencana alam di wilayah kabupaten setempat.
Kepala BPBD Kabupaten Malang Hafi Lutfi mengatakan pada 2012  pihaknya sudah mencairkan Rp 7,1 miliar, pada 2013 sebesar Rp 8,2 miliar. Pada 2014 penggunaan dana bencana cenderung turun, hanya mencapai Rp 2,8 miliar. Sedangkan pada 2015 ini, anggaran bencana juga sudah dikeluarkan yakni sebesar Rp 1,6 miliar.  “Dana bencana yang dikelola BPBD merupakan bantuan dari Pemkab Malang. Dan dana tersebut sudah kita gunakan di antaranya untuk penanganan 148 bencana di wilayah Kabupaten Malang dari 2012 hingga pada  2015 ini,” terangnya kepada wartawan, Minggu (15/2).
Dari ratusan penanganan bencana tersebut, Hafi melanjutkan, terkait bencana banjir terdapat 45 kejadian, tanah longsor 22 kejadian, angin puting beliung 65 kejadian, gempa 3 kejadian, kekeringan 12 kejadian. Dana bencana itu juga termasuk untuk penanganan bencana Gunung Kelud akibat erupsi pada 2014. Sementara, dana yang terbesar yang dicairkan yakni ketika terjadi erupsi Gunung Kelud.
Besarnya dana untuk penanganan erupsi Gunung Kelud, kata Lutfi, digunakan  untuk bantuan sembako kepada korban bencana, peralatan alat rumah tangga, sandang, perbaikan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat bencana. “Juga digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan,” paparnya.
Hafi mengatakan pihaknya juga mengeluarkan anggaran sebesar Rp 800 juta untuk pembangunan plesengan di area Sungai Lesti di wilayah Kecamatan Ngantang pada awal Februari 2015. Selain itu untuk penanganan bencana angin puting beliung juga menyerap dana cukup besar, karena angin puting beliung rata-rata telah merusak  rumah warga.
Selain itu bencana angin puting beliung tidak mengenal musim, baik itu musim penghujan maupun musim kemarau. Namun, untuk angin puting beliung bisa diprediksi kapan akan terjadi karena hal itu bisa diketahui dengan alat teknologi yang bernama Anemometer, yaitu alat untuk mengukur kecepatan angin.
“Hal yang sama juga bisa kita petakan terkait akan terjadinya bencana tanah longsor yakni menggunakan alat Seismometer atau alat sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau untuk mengetahui getaran pada permukaan tanah,” terang dia.
Untuk sementara alat Seismometer dan Anemometer ditempatkan di wilayah Kecamatan Ngantang dan Ampelgading. Karena kedua kecamatan ini rentan terjadinya bencana tanah longsor dan angin puting beliung. Dan saat ini BPBD Kabupaten Malang juga telah memiliki 5 ribu orang relawan yang tersebar di 33 kecamatan. Mereka disiapkan untuk membantu jika di wilayah kabupaten ini terjadi bencana alam. [cyn]

Tags: