BPBD Petakan 31 Daerah Terdampak Kemarau

Kalaksa BPBD Provinsi Jatim, Suban Wahyudiono

BPBD Jatim, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim memetakan daerah-daerah di Jatim yang terdampak dimusim kemarau. Di 2020 ini, sebanyak 31 dari 38 Kabupaten/Kota di Jatim mengalami kekeringan.
“Potensi kekeringan 2020 ini kalau merujuk dari data, di Jatim yang terdampak ada 31 Kabupaten/Kota. Serta 272 Kecamatan dan 1.039 Desa,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Jatim, Suban Wahyudiono.
Suban menjelaskan, dari analisa Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), awal musim kemarau terjadi pada April 2020. Sedangkan 31 Kabupaten/Kota di Jatim yang terdampak kekeringan paling tinggi, diantaranya di Sampang, Ngawi, Tuban dan Pacitan.
“Berdasarkan mapping, di Sampang ada 65 Desa yang masuk ktegori kering kritis,” jelasnya, Senin (24/8).
Beberapa daerah di Jatim sudah ada yang meminta dropping air bersih. Diantaranya di Bondowoso, Lumajang dan Mojokerto. Dan jenisnya adalah kekeringan sosial ekonomi. Dengan kata lain kekeringan yang menyangkut kebutuhan dasar masyarakat terhadap air bersih, baik untuk minum, memasak dan untuk mencuci.
“Kadang antara mapping (pemetaan) dengan realisasi tidak sesuai. Kami berharap tahun ini mudah-mudahan tidak sebanyak hasil mapping itu,” harapnya.
Kekeringan itu, sambung Suban, memang tidak nampak. Tapi dampaknya sangat mengerikan, seperti data 2019 dampak kekeringan terparah ada di Sampang. Selanjutnya di Bangkalan, Ngawi dan Pacitan. “Kami sudah berkali-kali menggelar rapat koordinasi (rakor) terkait mapping penanganan bencana kekeringan di masing-masing daerah,” ungkapnya.
Untuk langkah jangka pendek, Suban mengaku telah menyiapkan dropping air, membuat tandon dan mempersiapkan jerigen untuk distribusi air. Kalau jangka menengah, pihaknya bersama PU Cipta Karya membuat pipanisasi dan sumur bor. Sedangkan jangka panjangnya, yakni membangun waduk dan embung-embung air.
“Jangka panjang memang memerlukan pembangunan waduk. Tapi ada beberapa daerah yang melakukan pembangunan waduk seperti di Nganjuk. Karena kekeringan ini adalah kejadian yang hampir terjadi setiap tahun dan berulang. Maka perlu studi untuk penanganan jangka panjangnya dan langkah-langkah pro aktif,” pungkasnya. [bed]

Tags: