BPCB Jatim Duga Peninggalan Arkeologis Rejoagung Merupakan Pemukiman Kuno

Petugas dari BPCB Jatim saat berada di lokasi penggalian pasir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Kamis (17/9). [arif yulianto]

Jombang, Bhirawa
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) menduga, peninggalan – peninggalan arkeologis di lokasi penggalian pasir di Dusun Mlaten, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, merupakan pemukiman kuno. Tim dari BPCB Jatim yang dipimpin Kepala BPCB Jatim, Zakaria Kasimin melakukan peninjauan ke lokasi, Kamis siang (17/9).
Menurut Zakaria, berdasarkan informasi yang didapatkan, lokasi penggalian pasir ini ternyata berada di perbatasan antara Kabupaten Jombang dengan Kabupaten Kediri. Dari struktur bata di lokasi ternyata bukan struktur bata yang biasa ditemukan di situs peribadatan, namun merupakan bata yang ada spasi antara satu bata dengan bata lainnya. ”Kemungkinan, ini merupakan bangunan pemukiman. Ini baru tahap dugaan kami,” kata Zakaria di lokasi.
Zakaria menjelaskan, dari sejumlah temuan lepas seperti keramik maupun gerabah kuno di lokasi, menunjukkan benda – benda itu merupakan peralatan rumah tangga yang digunakan pada masa lalu. Seperti dugaan sebelumya, ini bisa lebih memperjelas kemungkinan pemukiman di masa lalu. Dari ukuran bata yang ada di lokasi setelah dilakukan pengukuran, memiliki ukuran panjang 2,74 Sentimeter, tinggi 44 sentimeter, dan tebal 84 sentimeter yang menempel di dinding. Porselin atau keramik yang banyak ditemukan di lokasi, mayoritas merupakan porselin yang berasal dari Dinasti Yuan dari Tiongkok.
“Kemungkinan Yuan itu banyak dari masa Majapahit. Abad 13-14 (Masehi) lah. Selain itu, dari penggali pasir, juga ditemukan sejumlah mata uang logam China yang juga merupakan uang logam kuno,” tegasnya.
Sementara itu, Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho menambahkan, jika di lokasi situs ditemukan temuan – temuan arkeologis seperti batu bata, maupun temuan lepas berupa porselin ataupun mata uang kuno, hal itu biasanya digunakan untuk mencari pertanggalan relatif dari masa apa struktur bata itu berasal.
“Kenapa disebut relatif, karena bukan absolut yang pasti. Mata uang maupun porselin itu sendiri, walaupun berasal dari abad 12 misalnya, dia masih terus digunakan hingga abad XII, abad XIV, bahkan XV (Masehi). Begitu juga temuan lepas seperti porselin juga bisa menjadi barang antik dan menjadi kesayangan penghuni sebuah pemukiman kuno,” terang Wicaksono.
Wicaksono menegaskan, sedangkan untuk mata uang, pada abad X hingga abad XVII, mata uang China masih digunakan untuk alat tukar di masyarakat Jawa, khususnya untuk bagian dari uang receh, uang kecil. Sedangkan uang pada Majapahit sendiri, itu kita kenal Uang Ma, yang terbuat dari perak dan emas. Untuk masyarakat biasa, uang pecahan kecil sangat mereka butuhkan. Mata Uang Kepeng pada abad 14 (Masehi) banyak digunakan di masyarakat Jawa sebagai alat tukar dengan pecahan kecil.
“Ini mengakibatkan pada abad 14 (Masehi), Mata Uang Kepeng yang berasal dari China, di China sendiri sampai kehabisan. Sehingga melarang mata uang kepeng keluar dari China,” sambung dia.
Sementara di Jawa sendiri kata Wicaksono, Mata Uang Kepeng yang berasal dari Dinasti Song, Han, terus digunakan hingga masa Dinasti Ming. Dari Mata Uang Kepeng yang diamankan oleh penambang pasir bernama Mujib, satu buah bisa diidentifikasi berasal dari masa Dinasti Song (abad X sampai abad XII Masehi).
“Ada beberapa lagi, Mata Uang Kepeng tapi sebagian besar dalam kondisi aus, sehingga tulisannya tidak bisa diidentifikasi,” ucap Wicaksono.
Dari hasil kunjungan ke lokasi penggalian pasir yang banyak ditemukan peninggalan – peninggalan arkeologis di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang dan sebagian masuk wilayah Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri ini, BPCB Jatim masih belum bisa melaksanakan ekskavasi di lokasi tersebut pada tahun ini karena faktor keterbatasan anggaran.
Seperti pernah diberitakan di media ini, pada tahun 2019 yang lalu, dari lokasi penggalian pasir ini juga pernah ditemukan sejumlah umpak, lumpang, hingga watudakon. Saat itu, benda – benda itu diletakkan di salah satu halaman rumah warga setempat. [rif]

Tags: