BPCB Trowulan Ekskavasi Tahap Dua Candi Masa Airlangga di Lamongan

Candi peninggalan masa Airlangga di Eksvakasi tahap kedua.(Alimun Hakim/Bhirawa).

Lamongan,bhirawa
Situs Patakan yang ada di Lamongan yang saat ini proses ekskavasi nya terus berlanjut.Sebab,situs tersebut semakin meneguhkan sebagai salah satu situs peninggalan masa Airlangga. Situs Patakan yang berlokasi di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng dipercaya adalah sebuah bangunan suci.
Arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, dalam ekskavasi tahap kedua ini mereka menemukan bahwa luas bangunan yang diperkirakan adalah bangunan suci ini memiliki panjang sekitar 24 meter dengan lebar 16 meter. Bangunan suci ini, menurut Wicaksono, berdasarkan data sementara menunjuk seperti bangunan wihara. “Indikasinya adalah bangunan ini tidak simetris, kemudian menghadap ke barat dan beberapa indikasi lainnya, kami menemukan runtuhan-runtuhan batu yang berbentuk bulat seperti susunan stupa,” terang Wicaksono ketika ditemui lokasi ekskavasi di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng.
Dikatakan oleh Wicaksono, proses ekskavasi di Situs Patakan ini tergolong menarik. Pasalnya, selain berhasil menyingkap luasan situs, BPCB Trowulan juga berhasil menemukan pagar barat yang bangunannya sudah mengkombinasikan antara bagu kulit dengan batu putih atau batu kumbung yang memiliki panjang lebih kurang 40 cm. Terkait dengan pembabatan atau usia situs, Wicaksono mengaku untuk sementara masih mengaitkan dengan prasasti Patakan, yang juga ditemukan di desa ini, yaitu jaman Airlangga. “Kesulitan yang paling signifikan selama prosea ekskavasi adalah volume dari batu runtuhan ini ternyata di luar perkiraan kami, begitu juga ternyata bentuk dan luasan dari bangunan ini juga di luar dari perkiraan,” terang Wicaksono yang menyebut juga kalau Situs Patakan ini terbilang lengkap jika ditinjau dari sisi peninggalan masa Airlangga yang ada di Jatim.
Hingga ekskavasi tahap dua ini, lanjut Wicaksono, pihaknya memang belum menemukan relief karena memang bahan utama candi adalah batu putih. Hanya saja, Wicaksono percaya jika berhasil diekskavasi maka akan terlihat ruang atau bilik yang ada di dalam candi. Selain penemuan pagar, BPCB juga menemukan banyak sekali pecahan tembikar dan keramik yang kemungkinan berasal dari masa yang sama dengan situs. “Targetnya buka luar dulu, bentuknya, batu kemudian kita masuk ke dalam,” ujar Wicaksono yang memperkirakan situs Patakan ini rusak karena peristiwa alam seperti gempa yang dahsyat.
Wicaksono memperkirakan, proses ekskavasi akan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup lama hingga bisa membuka reruntuhan atap yang menutup situs. Saat ini, lanjut Wicaksono, BPCB melibatkan setidaknya 16 tenaga penggali dari BPCP Jawa Timur dan 11 tenaga lokal. “Kita memang memilih bulan sebelum musim hujan, setelah penggalian selesai, kalau masuk musim hujan akan kita tutup. Sehingga apa yang telah dicapai di tahun 2018 ini bisa dilanjutkan di tahun depan,” tandas Wicaksono.
Sementara, Ketua DPRD Lamongan, Deby Kurniawan yang datang meninjau situs Patakan mengatakan, ia merasa bangga karena Lamongan ternyata juga menyimpan sejumlah situs purbakala, termasuk peninggalan masa Airlangga yang paling lengkap. Untuk itu, Deby meminta agar dinas terkait bisa membuat anggaran untuk ekskavasi semacam ini. “Setidaknya, harus segera di ekskavasi agar bisa menjadi ajang pembelajaran dan bukti sejarah, bahwa Lamongan juga adalah bagian dari sejarah masa kejayaan Airlangga,” ujarnya.
Sebelumnya warga Desa Pataan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, belum lama ini dikejutkan dengan penemuan sebuah candi di hutan dekat areal persawahan warga.
Tapi beberapa warga mengatakan bahwa bangunan tersebut sudah lama ada, dan warga sering melintasi tapi tak berani mendatangi sebab karena tempat tersebut dianggap sakral.
Candi tersebut diperkirakan dibuat pada abad XI atau zaman Kerajaan Airlangga dan digunakan sebagai tempat pemujaan. Bagian tepinya terbuat dari batu kapur yang tersusun rapi. Setiap batu kapur memiliki panjang sekira 30 centimeter dan lebar 20 centimeter dengan ketebalan berkisar 10-15 centimeter.
Terdapat bebatuan hitam dan keras serta pahatan khas zaman kerajaan kuno. Sedangkan di bagian tengah candi terdapat semacam tempat air yang melingkar. Bagian yang dindingnya juga terbuat dari batu tersusun rapi ini diperkirakan sebagai petirtaan saat pemujaan. Bagian ini tersambung dengan bangunan aliran air menuju ke luar candi.
“Candi ini diperkirakan dibangun pada zaman Kerajaan Airlangga pada abad XI masehi karena di Desa Pataan ini telah ditemukan Prasasti Patakan sebagai tanda zaman Airlangga yang kini telah disimpan di musium nasional,” Papar Supriyo, salah seorang penemu candi yang juga merupakan Arkeolog Lamongan.
Warga juga menyakini di sekitar area candi terdapat permukiman kuno. Pasalnya, warga sering kali menemukan gerabah serta pecahan guci guno di sekitar lokasi penemuan candi.
Apakah ibukota Kerajaan Airlangga terdapat di daerah Pataan Kabupaten Lamongan..??Priyo menjelaskan,
Dengan diketemukan Candi dan banyak bangunan serta disertai banyak peningalan gerabah, maka beberapa pakar masih meneliti keberadaan Airlangga di daerah Pataan.
Dari fakta arkeologis yang ada,Lanjutnya, Yakni Prasasti Pamwatan tahun 1042 masehi dan Prasasti Terep tahun 1032 masehi yang dulu telah diketemukan dan sekarang disimpan di Museum Nasional, menyebutkan ada bangunan candi yang didirikan sekitar abad 11 masehi.
Menurut Agus Aris Munandar dan Ninie Susanti, keduanya dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Agus cenderung sepakat dengan asumsi bahwa keraton pertama Airlangga, yaitu Wwatan Mas terdapat di wilayah Lamongan. Sementara keratin terakhirnya, Dahanapura disamakan dengan Daha, ibu kota wilayah Panjalu (saat ini Kediri). “Fakta yang ada tipis untuk menunjukkan bahwa Wwatan Mas berlokasi di utara Gunung Penanggungan. Justru dari Prasasti Wotan yang ada di Dusun Wotan/Lamongan, kemungkinan besar Wwatan Mas Airlangga berada di Lamongan. Banyak laporan yang menyebutkan serinngkali ditemukan artefak emas, arca, kertas emas tipis dan perhiasan di sekitar Dusun Wotan, “ ungkap dia.
Sementara Ninie justru menyebutkan konsentrasi temuan prasasti setelah 964 saka (Prasasti Pamwatan) yang isinya menyiratkan keraton baru Airlangga, Dahana Pura, berada di wilayah Kabupaten Lamongan. Yaitu terbanyak ditemukan di wilayah Kecamatan Sambeng dan Ngimbang. Berdasar analisis distribusional prasasti, dia percaya Kerajaan Airlangga mula-mula berada di sekitar Surabaya, kemudian berpindah ke wilayah lebih pedalaman di daerah aliran Sungai Brantas dan Bengawan Solo akibat serangan musuh.
Fakta lain di paparkan Supriyo, Ketua Lembaga Studi dan Advokasi untuk Pembaruan Sosial (LSAPS) terkait dengan kelahiran Lamongan. Setelah kemunduran Majapahit yang juga berimbas pada kemunduran Perdikan Biluluk di Lamongan Selatan, wilayah utara Lamongan justru berkembang dengan lahirnya perdikan-perdikan Islam. Seperti Perdikan Sedayu, Drajat dan Sedang Dhuwur.
Perdikan Drajat pada tahun 1475 atau 1553 M dipimpin oleh Sunan Drajat, keturuna Sunan Ampel. Sementara Perdikan Sendang Dhuwur pada tahun 1483/1561 M dipimpin Sunan Sendang atau Raden Rahmat. Kemudian di periode yang sama, di wilayah tengah, di Tumenggungan yang sekarang masuk wilayah Kota Lamongan berkembang pemerintahan di bawah kendali Rangga Hadi dengan gelar Tumenggung Surajaya tahun 1569-1607 M. Wilayah ini masuk kendali Kasultanan Giri. Pengangkatan Rangga Hadi inilah yang sampai sekarang dijadikan dasar penentuan Hari Jadi Lamongan.
“Sebagai rakyat lamongan, harus lebih bijak untuk menghargai kebudayaan dan sejarah dahulu, dengan mengungkap kebenaran dan menjaga kelestarian benda-benda sejarah disekeliling anda”Tutur Priyok. [mb9]

Tags: