BPJT Didesak Kaji Ulang Tarif Tol yang Baru Beroperasi

Foto Ilustrasi

DPRD Jatim, Bhirawa
DPRD Jatim mendorong Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) untuk meninjau ulang tarif tol yang baru saja dibangun. Pasalnya, tarif yang diberlakukan dinilai terlalu mahal.
“Kami sudah bertemu dengan pihak BPJT dan mereka berjanji akan meninjau ulang tarif tersebut . Bagi kami tarif tol yang baru saja dibangun terlalu mahal,”ungkap Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim H Mahdi saat ditemui di Surabaya, Rabu (14/2).
Mahdi lalu mencontohkan mahalnya tarif tol yang baru beroperasi diantaranya Tol Surabaya- Kertosono sepanjang 76,97 km yang mematok tarif Rp 82 ribu untuk kendaraan golongan I. “Seharusnya tarif tersebut diturunkan karena tarif tersebut mahal. Kami berharap diturunkan seperti tarif di Jembatan Suramadu yaitu Rp 15 ribu. Ini yang disebut program pro rakyat,”sambungnya.
Tak hanya itu, kata politisi dari PPP ini, pihaknya berharap BPJT juga melengkapi tol-tol tersebut dengan beberapa fasilitas yang ideal, misalnya ada rest area untuk tempat ibadah khusus bagi pengguna jalan.
“Tak hanya itu, penghubung antar kampung yang dilintasi oleh tol terlalu jauh sehingga hal ini dikeluhkan masyarakat. Dari sebelum ada tol, penghubung antar kampung lebih dekat namun sejak ada tol penghubung jalan kampung semakin jauh. Di Tongas Probolinggo sempat terjadi aksi warga atas jauhnya penghubung antar kampung tersebut,”sambungnya.
Mahdi lalu menambahkan selain hal-hal tersebut, pihaknya juga menyoroti terhadap keberadaan fasilitas penyedia e-Tol di depan gerbang masuk tol. ” Selama ini pihak BPJT tak menyediakan top up untuk e-Tol sehingga jika pengguna jalan tol saat kehabisan pulsa sulit mendapatkannya. Dampaknya akan terjadi kemacetan di pintu masuk tol. Hal ini perlu ditinjau ulang untuk memberikan kenyaman bagi pengguna beberapa jalan tol yang baru saja dioperasikan,”tutup pria asal Probolinggo ini.
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo telah menyurati Kementerian PU (Pekerjaan Umum), Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) untuk mengkaji ulang keberadaan tarif tol yang baru dioperasikan khususnya di Jatim.
“Surat dikirimkan ke Jakarta Selasa (6/2) lalu untuk ditinjau ulang tarifnya. Hal ini semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat Jatim,”ungkap Kadis Binamarga Pemprov Jatim Gatot Sulistyo Hadi.
Mantan Kepala Biro AP (Administrasi Pembangunan) Setdaprov Jatim mengatakan setelah melihat fakta di lapangan, Gubernur Jatim menilai tarif tol di Sumo (Surabaya-Mojokerto) terlalu mahal.”Padahal Tol Sumo merupakan pintu masuk dari wilayah Barat,”ungkapnya.
Tarif untuk golongan I untuk tol ini dipatok Rp 1.050 per km pada 2017. Jika ditotal, tarif golongan I untuk jarak terjauh (tarif Rp 1.050 per km dikali total panjang tol secara penuh 36,27 km) mencapai sebesar Rp 38 ribu. “Setelah itu tarif direvisi, Tol Sumo Rp 1.160 per km saat ini. Lebih mahal sehingga kami usulkan untuk ditinjau ulang,”ungkapnya.
Gatot mengatakan dengan turunnya tarif tol tersebut harapannya agar distribusi perekonomian angkutan barang dan jasa bisa berjalan dengan baik dan cepat. ” Jalan regular arteri nasional mulai dari Mengkreng sampai Mojokerto arus lalu lintasnya tiap hari sudah di atas 40 ribu. Sangat padat, sedangkan yang berbayar (memakai tol) arus lalu lintas tiap harinya diperkirakan hanya 9.000 kendaraan lebih. Perbedaannya sangat jauh sekali,”terangnya.
Gatot mengatakan dulu ketika Tol Sumo belum beroperasi , masyarakat berharap agar segera dioperasikan.”Namun, setelah beroperasi ternyata sepi. Hal ini sangat ironis. Oleh sebab itu, kami cari benang merahnya , dan ternyata tarif tol yang mahal menjadi pemicu,”terangnya.
Skema pendanaan pembangunan dan pengelolaan Tol Surabaya-Kertosono terbagi menjadi dua. Untuk Tol Surabaya-Mojokerto, pengelolanya adalah PT Jasamarga Surabaya Mojokerto (JSM), anak perusahaan PT Jasa Marga (Persero). Nilai investasi tol di jalur tersebut mencapai Rp 4,9 triliun.
Sementara itu, Tol Mojokerto-Kertosono dibangun PT Marga Harjaya Infrastruktur (MHI). Berdasar data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), pembangunan tol sepanjang 41 km tersebut menghabiskan dana Rp 3,48 triliun. Investor itu menjadi pengelola utama. [cty]

Tags: