BPPKB Jatim Gelar KIE KB Berbasis Masyarakat

Sekretaris BPPKB Jatim Soetikno saat beramah tamah dengan peserta kegiatan Orientasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Keluarga Berencana (KB). [why/bhirawa]

Sekretaris BPPKB Jatim Soetikno saat beramah tamah dengan peserta kegiatan Orientasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Keluarga Berencana (KB). [why/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Program Keluarga Berencana (KB) yang terus digalakkan oleh pemerintah tidak hanya bertujuan untuk mengatur jarak kehamilan atau sekadar mengurangi angka kelahiran. Program KB juga memiliki tujuan menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak.
“Program KB juga bertujuan meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,” kata Sekretaris BPPKB Jatim Soetikno saat ditemui Bhirawa disela-sela kegiatan Orientasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB, Rabu (6/5) kemarin.
Menurut Soetikno, kebijakan KB dilakukan melalui upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat.
“Dalam menggalakkan progam KB ini perlu memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat,” kata Soetikno.
Lebih lanjut menurut Soetikno, peran serta masyarakat saat ini sangat dibutuhkan karena dua hal yaitu. Pertama, pencapaian indikator KB dan kependudukan belum maksimal. Hal ini terlihat dari capaian KB aktif 62,4 %; Total Fertility Rate (TFR) 2,3 dan masih tingginya pernikahan usia < 19 tahun. Dan kedua, jumlah PLKB dan PKB di Jawa Timur sebanyak 2602 petugas yang membawahi 8.501 desa/kelurahan.
“Rasionya masih 1 petugas untuk 3 desa, padahal target kita 1 petugas untuk 1 atau 2 desa,” jelasnya lagi.
Di tempat yang sama, Ketua Bidang KB BPPKB Umi Yunianti menambahkan institusi masyarakat pedesaan PPKBD dan kader dasawisma sangat membantu menggerakkan masyarakat untuk ber-KB. Oleh karena itu perlu dibekali keterampilan  KIE.
“KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam rangka mendukung penyelenggaraan KB dengan sasaran pelaksanaan KIE meliputi: individu, sekelompok orang, dan  masyarakat umum,” jelas Umi.
Menurut Umi, KIE bisa dilakukan melalui penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi.
Salah satu pembicara dari RS dr Soetomo Dr Bambang Trijanto, SPoG mengingatkan para peserta orientasi yang berasal dari para kader dan penyuluh KB agar melakukan pendekatan yang hangat dan intensif.
“Kondisi masyarakat kita sudah semakin terbuka. Jangan sampai mereka mendapatkan informasi yang salah soal KB,” kata Bambang. Sebab, kalau informasi yang salah tersebut dibiarkan bergulir maka akan menyulitkan upaya untuk menambah akseptor KB. Nah, untuk bisa menjawab semua persoalan masyarakat terkait KB, para kader dan penyuluh KB harus memiliki informasi yang cukup dan komprehensif seputar layanan dan perkembangan program KB.  [why]

Tags: