BRK Merambah Ekonomi Kreatif Tidak Hanya Sektor Kopi

Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni menunjukkan barang hasil kreatifitas pemuda Bondowoso dengan lgo BRK. (samsul Tahar/Bhirawa)

(Pria Bondowoso Sulap Barang Bekas Jadi barang Berkelas dan Digandrungi Bupati)
Bondowoso, Bhirawa
Bondowoso selama ini dikenal sebagai daerah penghasil perkebunan dan pertanian, khususnya kopi. Tahun 2016, Kabupaten yang terletak diujung pulau Jawa ini mendeklarasikan dirinya sebagai Bondowoso Republik Kopi (BRK).
Namun, sebenarnya tak hanya kopi dalam upaya membumikan slogan tersebut, ada berbagai industri kreatif yang tumbuh di Kabupaten ini, salah satunya adalah industri meubel berbahan dasar barang bekas seperti ban ban yang kini tengah digandrungi masyarakat dengan berbagai produk turunan, diantaranya Sofa, kursi dan meja tamu bahkan berbagaiproduk lain seperti bantal dan lainnya.
Adalah seorang pemuda bernama Wahid (30) asal Dusun Paleran, Desa Paguan, Kecamatan Taman Krocok ini menyulap ban dan barang bekas menjadi kursi cantik nan unik serta berbagai produk lain.
Satu set kursi buatan Wahid, bisa dijual mulai Rp 1,5 sampai Rp 3 juta tergantung permintaan bahan dan kualitas yang diinginkan pembeli.
“Ada yang pakai kain, ada yang pakai oscar. Tergantung permintaan saja. Satu kursi kualitas biasa harganya bisa Rp 300.000,” kata Wahid pada Bhirawa kemarin.
Awalnya, Wahid mengaku terinspirasi membuat kursi dari ban ini setelah melihat sebuah video di youtube. Setelah ditelisik lebih jauh kata dia, bisnis kursi berbahan dasar ban bekas sangat menjanjikan mengingat satu-satunya pengrajin kursi tersebut hanya berada di Ungaran, Jawa Tengah.
“Dulunya saya kerja di meubel mas. Memang sudah punya keahlian sih bikin ini. Jadi coba-coba buat dan hasilnya bagus, apalagi saat ini Bondowoso lagi Booming BRK saya kasih logo BRK,” terangnya.
Untuk membuat satu set kursi, dibutuhkan waktu cukup lama, sekitar seminggu mulai dari membikin rangka hingga menjahit. Lamanya waktu itu tambah Wahid, dikarenakan keterbatasan alat seperti mesin jahit dan perlengkapan meubel lainnya.
“Kemarin sempat dibantu mesin bor oleh pak Kades (Kepala Desa). Yang lain masih pakai modal sendiri. Jahitnya itu yg lama, karena mesinnya kan kurang,” katanya.
Untuk bahan baku, Wahid dan kakaknya Muhammad Rifai (40) biasanya berkeliling mencari ban bekas di bengkel-bengkel di Bondowoso. Satu ban, biasa Wahid beli sebesar Rp 30.000 hingga Rp 40.000.
Saat ini, Wahid masih mengeluhkan pemasaran hasil meubelnya. Menurut dia, pemasaran produknya masih seputaran Bondowoso dikarenakan minimnya akses pasar, “Kalau ada yang pesan baru kita bikin.Saat ini, masih hanya di Bondowoso. Kemarin pak Bupati order, mudah-mudahan nanti menyusul yang lain dan bisa kirim ke luar Bondowoso,” harap Wahid.
Sementara itu, Kepala Desa Paguan, M Hanan yang mendampingi Bhirawa ke lokasi, terus mendorong potensi ekonomi kreatif yang ada di desanya. Selain kursi berbahan ban, di Desa Paguan juga terdapat pengrajin cinderamata papan selancar.
“Dulu hanya ada satu dua yang kerja, tapi terus saya dorong, saya kasih bantuan lewat Dana Desa (DD). Alhamdulillah sekarang banyak, sampai lebih dari 12 orang,” kata Hanan.
Hanan juga berjanji segera membikin showroom yang menampilkan berbagai produk kerajinan dari desanya. Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso memberikan perhatian lebih agar pemasaran produk unggulan Desa Paguan bisa dikenal lebih luas.
“Untuk showroom itu InsyaAllah tahun ini saya buatkan. Mudah-mudahan bisa memotivasi yang lain untuk bersama-sama membangun kemandirian ekonomi desa,” pungkasnya.
Sementara itu Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni pada Bhirawa mengakui jika sudah mengorder barang produk anak muda tersebut, menurutnya produk tersebut sangat baik apalagi juga diberi logo BRK yang saat ini terus dikampanyekan di Bondowoso.
“Menarik, saya sudah order barangnya tidak mengecewakan serta sesuai request kita mau pesan barang jenis apa,” katanya singkat. (samsul Tahar/bhirawa)

Tags: