Bank Sampah Tuban Peroleh Bonus Rp62 Juta

Para Ibu-ibu dari Desa Sukorejo, Kecamatan Senori Tuban saat mengumpulkan sampah yang saat ini menjadi budaya bersih di wilayah tersebut wujud.

Para Ibu-ibu dari Desa Sukorejo, Kecamatan Senori Tuban saat mengumpulkan sampah yang saat ini menjadi budaya bersih di wilayah tersebut wujud.

Tuban, Bhirawa
Bermula dari sampah, berbonus saldo uang kas Rp 62 juta. Itulah yang program bank sampah dari Pertamina EP Asset 4 Field Cepu di Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Program bank sampah yang mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2014 silam. Selain menciptakan lingkungan bersih dari sampah dan pemulung, dari program itu juga mencapai saldo hingga Rp. 62.157.000 pada h-7 lebaran tahun ini.
“Programnya memang bulan Juni, namun anggota yang awalnya hanya 20 terus berkembang hingga 80 orang pada bulan November. Saldo sudah mencapai  Rp.62 juta,” Kata koordinator Bank Sampah Delima Banyuurip, Supriyati (2/9).
Lebihlanjut diterangkan, awal mula ada program Bank Sampah dimulai saat Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menggandeng mitra kerja, Yayasan Sekar Mandiri mengajak anggota Kelompok Wanita Tani (KWT), ke Desa Sukorejo, Kecamatan Senori Tuban untuk melihat tentang pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami.
Sistem pengelolaan sampah, awalnya dilakukan dengan membuat arisan ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari Senin mulai pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB. Selain arisan, para peserta juga membawa sampah non organik yang ada di rumah masing-masing.
Dari 29 anggota arisan, 20 di antaranya menjadi anggota bank sampah melakukan tugas masing-masing, seperti memilah sampah, menimbang dan mencatat berapa berat sampah yang dibawa oleh ibu-ibu. Selain itu, ada juga yang bertugas untuk mengambil sampah-sampah di rumah peserta jika tidak hadir dalam pertemuan arisan.
“Untuk harga per kilogramnya sampah pada waktu itu, kardus dihargai Rp1.000, plastik keras Rp1.500, kaleng Rp1.300, besi Rp2.500, beling Rp 400, botol minuman energi Rp100 dan botol kecap Rp400,” Terang Supriyati.
Setiap sampah yang dibawa oleh ibu-ibu, hasilnya dicatat dalam buku tabungan. Dan hasil tabungan baru bisa diambil waktu menjelang lebaran. Ternyata dalam waktu hampir satu tahun, ditambah dengan tabungan dari peserta yang mulai aktif sekitar bulan November kemarin, pada bulan Juli 2015 mencapai saldo Rp62.157.000.
“Menjelang lebaran kemarin dibagikan ke 80 anggota. Tabungan dan bank sampah anggota ada yang dapat mulai dari Rp 180.000 bahkan ada yang sudah Rp 10 juta, padahal belum ada satu tahun,” katanya.
Setelah tabungan dibagikan sebelum lebaran, kemudian program bank sampah kembali dilaksanakan. Pada akhir Agustus ini, jumlah anggota meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika tahun lalu ada 80 anggota, dengan melihat hasil yang fantasis dari program bank sampah, banyak warga yang bergabung menjadi anggota. Saat ini, anggota bank sampah Delima mencapai 100-an.
Selain itu, lanjut Supriyati, kesadaran akan keberisihan lingkungan juga meningkat. Misalnya anak di sekolah biasanya menjumpai sampah di lingkungan atau dijalan, pasti dibawa pulang dan diberikan kepada ibunya.
Jumlah sampah yang dikumpulkan pun juga lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Jika sebelumnya rata-rata ada 70 kg sampah yang terkumpul setiap minggunya. Dalam satu bulan ini, ada 4kwintal sampah dalam  waktu 2 minggu.
Sistem pengelolaan sampah juga berubah. Jika sebelumnya setiap sepekan ada pengepul sampah dari Desa Wanglu, Kecamatan Senori, Tuban yang mengambil sampah. Untuk kali ini, pengambilan sampah dilakukan setiap 2 minggu sekali pada hari Selasa. Selain itu, setiap hari Senin, ada pertemuan untuk tabungan lebaran dan jimpitan atau membayar dengan iuran Rp1.000 untuk kas dan dana sosial.
“Anggota ada yang menabung mulai Rp5.000 sampai Rp250.000 setiap hari Senin Baru 4 Minggu berjalan, sekarang saldo tabungan sudah ada sekitar Rp16 juta,” katanya.
Selain di Jual, Sampah-sampah yang dikumpulkan juga di buat menjadi kerajinan sampah. Terakhir Ibu Pri dan timnya ikut pameran di Surabaya membawa beberapa hasil produk kerajinan sampah seperti Tempat Pulpen, Tempat Tissue, Kotak Perhiasan, Bros, dll. Dijual mulai dari harga Rp. 2.500,- s/d Rp. 15.000,-.
Keberhasilan itu membuat bangga Cepu Field Manager Wresniwiro. Ia berharap  kedepan Kelompok Bank sampah dapat mandiri dan menjadi contoh dan pendorong kelompok seperti ini di Desa binaan lainnya.
“Saya yakin program bank sampah ini akan menginspirasi masyarakat lainnya karena punya manfaat nyata baik pada lingkungan maupun pendapatan masyarakat,” kata Wiro. [hud]

Tags: