Buat Jargon Baru untuk BPBD

Sudarmawan

Sudarmawan
Selama menjadi komandan di Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jatim, Sudarmawan, telah banyak mengukir prestasi. Tak hanya melulu masalah kebencanaan saja yang diperhatikan, soal membangun spirit penanggulangan bencana pun tak luput dari perhatiannya.
BPBD Jatim kini memiliki jargon baru dalam penanganan bencana alam di Jatim. Yakni, Team Work for Disaster. Spiritnya adalah menangani bencana harus dilakukan secara bersama-sama atau gotong-royong.
“Yang namanya pekerjaan itu harus dilakukan bersama-sama, gotong-royong. Hanya memang perlu kami aktualisasikan ke dalam bahasa Inggris, yakni Team Work for Disaster,” kata Kepala Pelaksana BPBD Jatim Sudarmawan.
Menurutnya, jargon Team Work for Disaster dibuat tahun 2016 dan sudah tersosialisasikan kepada semua pemangku kepentingan. Utamanya, kalangan masyarakat. Dengan Team Work for Disaster itu, akan memberi spirit bahwa pihaknya mampu menangani bencana bersama relawan. “Kita sudah punya Sekber Relawan. Nanti kita buat per-korwil relawan identik dengan Bakorwil. Per Bakorwil kita bentuk Korwil,” ujarnya.
Anggota Team Work for Disaster ini, lanjutnya, berasal dari BPBD dan masyarakat. Sesuai dengan logonya segitiga biru, maka anggotanya dari masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Jumlah anggotanya puluhan ribu dari 169 lembaga relawan se-Jatim.
Lembaga itu, antara lain, Jangkar Kelud, Puspita (Pusat Studi Bencana) dan Tagana. “Kita hanya mengkoordinasikan saja. Kita sertifikasi, mereka mau konsen dimana. Kita punya delapan klaster, mau konsen di dapur umum, pendidikan, kesehatan, senitasi, infrstruktur dan lainnya,” jelasnya.
Pihaknya juga akan membikin klaster baru, yakni agama. “Ketika terjadi longsor di Ponorogo dan Ngajuk yang menelan korban jiwa perlu fatwa. Secara ilmiah Basarnas itu SOP nya tujuh hari selesai. Tapi, dari bahasa agama perlu fatma orang meninggal dunia dalam keadaan apapun berapa hari,” ungkapnya. [iib]

Rate this article!
Tags: