Bude Karwo Membatik Bersama 500 Pembatik

Bude Karwo saat membatik bersama pelajar dari negara sahabat di acara Jawa Timur Membatik yang diselenggarakan APBJ untuk memperingati Hari Batik Nasional di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Minggu (2/10). [trie diana]

Bude Karwo saat membatik bersama pelajar dari negara sahabat di acara Jawa Timur Membatik yang diselenggarakan APBJ untuk memperingati Hari Batik Nasional di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Minggu (2/10). [trie diana]

Pemprov, Bhirawa
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo membatik bersama 500 pembatik. Kegiatan yang bertema ‘Jawa Timur Membatik’ ini diselenggarakan Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ) di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Minggu (2/10).
Para peserta yang semuanya mengenakan batik ini terdiri dari anggota Persit Chandra Kirana, Jalasenastri, Himpunan Ratna Busana, Komunitas Cinta Berkain (KCB) Surabaya, Semen Gresik, Rotary Club, Asosiasi Makanan dan Minuman, Asosiasi Handicraft, mahasiswa Universitas Negeri Malang. Bahkan ada beberapa pelajar dari mancanegara yang ikut membatik. Salah satunya adalah Caroline dari Prancis yang sangat tertarik untuk belajar membatik.
Dalam kesempatan itu Bude Karwo memberikan apresiasi yang luar biasa kepada 500 wanita peserta membatik bareng. “Kegiatan ini bagian dari upaya untuk memelihara dan melestarikan budaya membatik. Sekaligus menyinergikan dimensi ekonomi dan budaya. Karena kontribusi UMKM terhadap PDRB Jatim sangat tinggi mencapai 54,98 persen, termasuk di dalamnya para perajin batik,” ujarnya.
Dia mengatakan, Unesco sudah menetapkan 2 Oktober 2009 bahwa batik adalah warisan budaya non benda dari Indonesia. Maka, kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan masyarakat Jatim untuk memasyarakatkan, sekaligus mengenalkan bagaimana cara membatik.
Menurut Bude Karwo, nilai filosofi dari selembar kain batik luar biasa. Batik yang berupa seni dan handmade mempunyai filosofi sendiri dan dalam pengerjaan selembar kain batik ada nilai/ filosofi kegotongroyongan. Karena proses untuk menghasilkannya tidak mungkin dilakukan oleh satu orang. Ada tugasnya masing-masing, mulai menggambar, membatik, mencelup dan seterusnya.
“Batik Jatim progresnya luar biasa, seluruh kabupaten/kota di Jatim sudah mempunyai batik dengan ciri khas daerah masing-masing. Terdapat 1.300 motif di Jatim yang diminati tidak hanya masyarakat Jatim, tapi juga dari berbagai provinsi dan nilai jualnya lebih tinggi dari provinsi lain di Pulau Jawa, karena motifnya sangat beragam dan pewarnaannya macam-macam. Bahkan Jatim tiga tahun berturut-turut menang dalam lomba desain batik di tingkat nasional,” tuturnya.
Indonesia sebagai negara multi kultural mempunyai kekayaan budaya yang sangat beragam dan beraneka warna. Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang diakui dunia internasional adalah batik. Keris dan wayang juga sudah diakui Unesco.
Ketua APBJ Putu Sulistiani Prabowo menjelaskan, Jatim mempunyai potensi wisata batik yang luar biasa, baik dari sisi keragamannya, coraknya dan warnanya yang berani. Pada momentum Hari Batik Nasional ini, dimaksudkan untuk mengenalkan proses membatik, sehingga masyarakat semakin mencintai batik, terutama generasi muda.
“Kecintaan masyarakat terhadap batik semakin hari semakin meningkat. Indikatornya setiap ada pameran peminatnya semakin  banyak, dan para kolektor batik selalu memburu batik Jatim. Diharapkan ke depan mampu menciptakan wirausaha baru UKM batik dan selalu ada perajin batik baru,” ungkapnya.
Sejumlah pelajar mancanegara tampak ikut bergabung bersama peserta membatik massal tersebut.  Di antaranya Mariana dari Brasil, Caroline dari Prancis, dan Elsi (Meksiko). “Saya sudah siap sejak pukul 05.00. Meski tidak biasa bangun pagi, tapi saya suka ketika diajak ikut acara ini,” ucap Caroline.
Kemarin mereka kompak memakai busana bawahan batik yang mereka beli dari Grand City Mall Surabaya. Sedang untuk atasan, mereka kombinasi pakai kebaya encim.
Menurut President Rotary Club Surabaya Kaliasin Fera Hadriyanti, para perempuan bule peserta Rotary Youth Exhange ini mengaku tak asing dengan batik. “Mereka tahu batik adalah kain yang jadi kebanggaan orang Indonesia,” imbuh Fera.
Selain ketiga gadis ini ada pula Nathan asal Belgia ikut ambil bagian. Meski satu-satunya pria di antara para wanita yang membatik, Nathan sama sekali tidak terlihat rikuh. Nathan kian antusias membatik ketika di sampingnya hadir Bude Karwo. [iib]

Tags: