Buka Sharp Industri, SMKN 2 Siap Hadapi Revitalisasi Industri

Joko Pratmodjo dan jajaran petinggi Sharp Electronic Indonesia berfoto bersama dengan spara siswa program Sharp Class, kemarin (27/9).

Tekan MoU dengan PT Sharp
Surabaya, Bhirawa
Matangkan kesiapan dalam revitalisasi industri 4.0, satuan pendidikan berlomba-lomba dalam menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk menyiapkan generasi emas yang berdaya saing sesuai kebutuhan industri. Misalnya, oleh SMKN 2 Surabaya yang memprogramkan 10 kelas industri dalam satu tahun.
Sejauh ini, usai membuka kelas industri untuk program keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) yang bekerjasama dengan Yamaha, Teknik Sepeda Motor (TSM) dengan Honda dan Teknik Listrik dengan Schneider, SMKN 2 membuka sharp class untuk TAV peminatan Liquid Crytal Display (LCD). Kepala SMKN 2, Joko Pratmodjo mengungkapkan untuk pembukaan kelas industri kali ini, pihaknya bekerjasama dengan PT Shaps peminatan Teknologi Audio Visual (TAV). “Tujuan kita, dalam membangun kerjasama ini untuk peningkatan kompetensi anak-anak. Yang lulus dapat sertifikat. Yang tidak lulus akan terus dilakukan pendampingan dari guru sekolah,” ungkap dia.
Sementara untuk kurikulum yang akan digunakan,Joko mengatakan jika hal itu sudah dipersiapkan oleh pihak Sharp. Di samping itu, kepribadian siswa juga menjadi fokus utama dalam program Sharp Class untuk membangun mental siswa di dunia kerja.
“Di kurikulum kita belum ada pembahasan terkait LCD dalam TAV, Nah, pihak Sharp sendiri menawarkan materi beserta kurikulum itu. Dalam kurikulum itu mereka juga menyiapkan materi kepribadian,” ungkap dia.
Guna mendukung program kelas tersebut, Joko mengatakan jika mengirimkan delapan guru produktif untuk mengikuti proses magang bersama Sharp sebelum kelas TAV dibuka. Ini dilakukan agar guru juga bisa mengupdate kompetensinya sesuai perkembangan teknologi yang ada di dunia industri.
“Untuk TAV yang fokus pada LCD ini kan memang belum ada, sekalipun memang guru produktifnya. Jadi kita magangkan dulu di PT Sharp untuk mendalami teknik perakitan LCD,” jelas dia.
Dalam peminatan Sharp Class yang baru dibuka dan diresmikan, Kamis (20/9) tersebut, tidak sembarang siswa bisa mengikuti proses penekunan teknologi LCD. Ada beberapa tahapan yang harus mereka lakukan agar bisa mengikuti sharp class.
“Kita ada tiga kelas TAV di kelas IX sebenarnya. Tiga kelas itu totalnya 108 siswa. Namun kita hanya butuh 36 siswa untuk kelas baru ini,” tutur dia.
Seleksi tersebut diantaranya dari akademik dan peminatan siswa. “Kalau siswa nggak minat, meskipun akademik bagus kan susah. Jadi yang utama memang peminatan itu,” lanjut dia.
Untuk fasilitas TAV sendiri, SMKN 2 Surabaya mempunyai enam laboratorium. Namun, untuk pembelajaran LCD ia mengaku jika baru kali ini masuk dalam pembelajaran. Tidak hanya itu, usai sharp class program dilakukan yaitu selama 1.5 bulan kedepan, pihaknya tidak lantas menutup kelas peminatan teknologi LCD. Melainkan akan menambahkan beberapa LCD dengan merek yang berbeda.
“Setelah kelas ini selesai, saya akan menambahkan beberapa LCD lain merek. Biar mereka nanti bisa memodifikasi atau merakit LCD dari berbagai merek,” tutur dia.
Ia berharap dengan dibangunnya kerjasama yang kelima ini bersama DUDI siswa memiliki kompetensi siap pakai. Sehingga, nantinya berbagai perusahaan tidak mempunyai kesulitan dalam menentukan kualitas lulusannya.
“Saya punya mimpi, kalau bisa perusahaan yang mencari anak-anak saya. Bukan mereka yang mencari perusahaan,” tandas dia.

Tingkatkan Kualitas SDM, Dorong Kerjasama SMK
Sinkronisasi kurikulum dalam membangun kerjasama dengan DUDI menjadi fokus utama SMK dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul sesuai kebutuhan industri. Itu diungkapkan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim wilayah Surabaya, Dr Karyantho menuturkan adanya kelas industri dalam SMK akan mempermudah dalam menyiapkan tenaga ahli untuk dunia industri. Hal itu tidak lain, karena kelas industri akan menempel pada satu fokus yang jelas. Yaitu fokus keterampilan siswa dan industri yang digandeng untuk bekerjasama.
“Kita terus mendorong agar lebih banyak industri tergerak untuk kerjasama dengan sekolah. Karena hasil kerjasama ini juga menentukan keterampilan siswa baik dari kompetensi maupun karakter,” tutur dia.
Sementara itu, General Manager Sharp, Ronald R Huwae mengatakan sebagai pelaku bisnis pihaknya menyadari pentingnya SDM dalam dunia kerja. Oleh karenanya, melalui kerjasama yang terbangun dengan SMKN 2 Surabaya ini, pihaknya berupaya memperkaya SDM. Salah satu nya adalah memiliki teknisi berpengalaman dengan kualitas terbaik.
“Metode ini yang kemudia kami tularkan melalui program CSR,” tutur dia.
Dengan Sharp Class, pihaknya berharap agar kedepan semakin banyak lulusan dengan kecakapan dan kepribadian berkualitas untuk persaingan secara global.
“Belajar dengan teori saja tidak cukup. Setiap siswa perlu mengulik lebih dalam produk elektronik yang ditekuni. Dari program ini, kami mendorong siswa terus berprestasi agar nantinya bisa bergabung dalam progam magang di SHARP HQ atau bahkan bekerja langsung sebagai teknisi” tambah dia.
Sebagai langkah awal pembukaan program class, pihaknya menyiapkan enam unit LCD dan speaker active. Nantinya, dari hasil proses pembelajara selama 1.5 bulan aka nada tahap evaluasi untuk mengembangkan Sharp Class di SMKN 2 Surabaya. “Jika ada kemajuan dari keterampilan siswa, kita akan tentukan kedepan. Materi bisa ditambah, atau meningkatkan standart yang kita butuhkan,” pungkas dia. [ina]

Tags: