Bukan Perempuan Kurang Kerjaan

Animatus-SadiyahSidoarjo, Bhirawa
Ketua TP PKK Kab Sidoarjo, Animatus Sa’diyah, ingin menghilangkan anggapan negatif  kalau kegiatan PKK itu hanyalah kegiatan dari perempuan kurang kerjaan. Sehingga istri Bupati Sidoarjo ini menekankan, agar kegiatan dilakukan PKK Sidoarjo harus bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Animatus, PKK Sidoarjo yang merupakan pioner penggerak dan pendukung setiap program pembangunan di masyarakat, telah diperintahkan agar bisa mendeteksi secara dini anak-anak yang mengalami gangguan tuna rungu, tuna wicara dan autis.
”Mudah-mudahan acara ini bermanfaat bagi kita semua, serta mendapat ridho dari Allah,”ujar Animatus, yang juga istri dari Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah itu, usai membuka acara sosialisasi deteksi dan intervensi dini terhadap anak tuna rungu, tuna wicara dan autis, di Pendopo Delta Nugraha Sidoarjo, belum lama ini.
Disampaikan nenek tujuh orang cucu itu, kegiatan PKK Sidoarjo yang melalui Pokja dua itu, dilakukan karena dalam rangka turut serta mendukung program dari Pemkab Sidoarjo atas kebijakan pembangunan untuk meningkatkan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.
”Dengan kegiatan ini anggota PKK Sidoarjo akan dapat tambahan ilmu, bagaimana mendeteksi secara dini anak-anak yang kemungkinan mengalami gangguan pendengaran, yang berakibat pada gangguan bicara, juga kemungkinan autis, juga dapat ilmu tentang upaya yang seharusnya dilakukan apabila anak-anak di lingkungan kita ada yang alami seperti itu,” paparnya.
Disampaikan Animatus, karena perhatian terhadap anak yang mengalami gangguan inklusif, Kab Sidoarjo tahun 2013 lalu sebetulnya telah dinyatakan sebagai kabupaten pelopor pendidikan inklusif oleh  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penghargaan itu harus menjadi motivator utama dalam menggulirkan sebagai kebijakan pembangunan terutama untuk kesejahteraan rakyat.
Menurut data, bedasarkan Sensus tahun 2012,  jumlah peduduk Sidoarjo adalah 2.053.467 orang. Sedangkan anak usia sekolah adalah 411.327. Dari jumlah anak itu, anak dengan berkebutuhan khusus dan telah belajar di sekolah luar biasa mulai tingkat TK hingga SMA  sebanyak 1.472 anak.
Namun masih dijumpai beberapa anak yang belum mengikuti pendidikan. Baik sekolah regular, sekolah luar biasa, maupun sekolah inklusif. Hal ini, kata Animatus, dikarenakan beberapa anak mengalami gangguan pendengaran, gangguan bicara dan autis yang tidak terdeteksi secara sejak dini. [ali]

Keterangan Foto : Animatus Sa’diyah

Rate this article!
Tags: