Bukan Sekadar Berprestasi, Olahraga juga Cegah Narkoba

Moderator Lutfi Hakikm bersama para narasumber, dr Singgih Widi Pratomo dari BNN Surabaya, Prof Dr Made Sri Undy dan mantan pemain Persebaya pada acara diskusi Bersama Meningkatkan Kompetensi Menuju Jatim Juara PON XX 2020.

Surabaya, Bhirawa
Olahraga tidak hanya mencetak prestasi atau medali, namun kegiatan itu juga membuat tubuh menjadi bugar dan sehat. Bahkan olahraga juga bisa mencegah penggunaan narkoba.
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum KONI Jatim, Ir Erlangga Satriagung saat membuka diskusi Bersama Meningkatkan Kompetensi Menuju Jatim Juara PON XX 2020 yang digelar oleh Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan KONI Jatim di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (19/12).
Menurut Erlangga, selama ini yang terekspose dari dunia olahraga hanya masalah kalah dan menang atau juara dan kalah. Erlangga menuturkan, terlalu sempit apabila mengulas olahraga dari segi prestasi saja.
“Olahraga lebih besar dari sekadar masalah prestasi. Selama ini kita hanya tahu kulitnya saja, tanpa mengupas lebih dalam tentang manfaat lain dari olahraga. Oleh sebab itu diskusi ini sangat penting agar supaya masyarakat juga teredukasi tentang dampak besar dari olahraga,” katanya.
Ia menganggap narkoba sebagai penghancur masa depan bangsa yang harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat. “Salah satu gondaan atlet adalah narkoba. Kalau seorang atlet terkena (narkoba), ya wassalam. Sia-sia kita bina mulai remaja sampai golden age,” katanya.
Erlangga sadar bahwa narkoba bisa menyerang siapapun, termasuk kalangan olahragawan. Oleh sebab itu KONI Jatim siap berperan aktif untuk memerangi narkoba di kalangan olahragawan. “Sebab narkoba bukan sekadar urusan bisnis, tapi ini penghancuran tiga generasi,” tegasnya.
“Karena olahraga ini sangat melekat dengan urusan sportivitas, kedisiplinan, kepatuhan, kehormatan. Ini inti dari pembangunan SDM berkarakter di olahraga,” imbuhnya.
Salah satu pembicara dokter rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya dr Singgih Widi Pratomo, narkoba bukan hanya masalah bisnis yang menghasilkan uang dalam jumlah besar, namun narkoba adalah bagian dari proxy war, perang pelemahan sumber daya manusia di sebuah negara.
Dokter muda asli Gresik ini menambahkan, ada 72 jaringan pengedar narkoba dari 72 negara yang memasukkan barang haramnya ke Indonesia. “Tidak ada satu profesi pun yang bebas dari narkoba,” ucap dr Singgih Selasa (19/12) siang.
Sementara itu salah satu peserta, Didik Utomo Pribadi, Sekretaris Umum Pelti Jatim mendorong KONI untuk menjalin kerjasama dengan BNN guna memerangi narkoba. “Secara periodik KONI dan BNN melakukan edukasi kepada atlet terkait bahaya narkoba ini,” harap Didik. [wwn]

Tags: