Buku Babad Malang Ungkap Berdirinya Kabupaten Malang

Bupati Malang H Rendra Kresna saat membuka Bedah Buku Babad Malang, di salah satu hotel di di wilayah Kec Singosari, Kab Malang

Kab Malang, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DPK) Kabupaten Malang menggelar Bedah Buku Babad Malang, di salah satu hotel di wilayah Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Bedah buku tersebut sebagai persiapan kegiatan literasi Singosari Pararaton Mitreka Buddhaya, pada 27-30 September 2017 mendatang.
Literasi Singosari Pararaton Mitreka Buddhaya  juga digelar untuk memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Malang ke 1257 di tahun 2017 ini, san sekaligus  menjadikan Kabupaten Malang sebagai destinasi budaya dan pariwisata.
“Kami memberikan apresiasi yang tinggi atas digelarnya Bedah Buku Babad Malang yang berisikan tentang sejarah cikal bakal Kabupaten Malang. Karena Kabupaten Malang ini banyak menyimpan sejarah, terutama sejarah kerajaan Singosari,” kata Bupati Malang H Rendra Kresna, Kamis (2/3), seusai membuka  Bedah Buku Babad Malang.
Menurut dia, usaha dalam menyusun buku Babad Malang ini, tentunya sudah dilakukan observasi dengan dukungan data yang didapat dari dalam dan luar negeri, baik berupa prasasti, daun lontar dan sebagainya. Dan termasuk arsip-arsip yang ada di dalam dan luar negeri, yang merupakan kumpulan oleh antropolog, sejarahwan baik saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan jaman kerajaan. Selain itu, kata Rendra, bedah buku ini bisa dimanfaatkan untuk menguji kebenaran tentang sejarah dan budaya Kabupaten Malang. Para pembedah buku ini juga akan menyampaikan pendapatnya berdasar dengan data. Dari isi buku ini, ada kaitannya dengan sejarah berdirinya Kabupaten Malang. Sehingga kebenaran sejarah itu sulit diterapkan secara otentik.
“Membedah buku Babad Malang ini, semua akan mendekatkan pada kebenaran. Karena tulisan tentang lahir dan berdirinya Kabupaten Malang ada arsipnya jadi bisa dipertanggungjawabkan,” terang dia.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara menambahkan, kegiatan Bedah Buku Babad Malang ini sebagai salah satu upaya menggali sejarah Kabupaten Malang melalui berbagai referensi yang akan dijadikan referensi peringatan Hari Jadi Kabupaten Malang ke 1257 pada 28 November 2017. Selain itu, dalam Hari Jadi Kabupaten Malang itu juga kita gelar Singosari Pararaton Mitreka Buddhaya. Sedangkan acara itu kita gelar, agar menumbuh kembangkan minat generasi muda dan meningkatkan nasionalisme.
“Kami berharap, dengan berkumpulnya seniman dan budayawan bisa melahirkan ide gagasan untuk memajukan wisata budaya Kabupaten Malang. Sebab di Kabupaten Malang ini, dulunya sebagai pusat pemerintahan di jaman Kerajaan Singosari. Sehingga menyimpan sejarah yang kini belum kesemuanya terungkap,” paparnya.
Dijelaskan, dalam Bedah Buku Babad Malang telah dihadiri 100 orang yang berasal dari berbagai kalangan. Diantaranya, dari budayawan, sejarahwan, tokoh masyarakat, guru sejarah, mahasiswa, arkeolog, akademi pariwisata, hingga pelajar di tingkat SMP dan SMA. Narasumber untuk membedah buku Babat Malang ini, yakni Drs Asimanuddin Ismain  MPd (Akademi Sejarah), Dr Blasius Suprapto (Arkeolog), dan Dr riyanto MHum (Antropolog).
Nantinya, lanjut Made, dirinya juga akan mengembangkan wisata budaya Gunung Kawi yang akan diback up oleh Kementerian Pariwisata melalui acara Gebyar Pesona Gunung Kawi 2017. Sehingga dengan adanya kegiatan Singosari Pararaton Mitreka Buddhaya dan Gebyar Pesona Gunung Kawi 2017, maka Kabupaten Malang akan sebagai destinasi budaya dan Pariwisata.
“Kami harapkan agar Kabupaten Malang akan menjadi tujuan wisata sejarah,” tandasnya. [cyn]

Tags: