Buku Saku Pedoman Hidup

Judul : Al-Hikam
Penulis : Ibnu Atha’illah as-Sakandari
Penerbit : Divapress
Tahun : Desember, 2021
ISBN : 978-623-293-582-2
Peresensi : Moh. Rofqil Bazikh
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang bermukin di Banguntapan
Bantul Yogyakarta.

Tidak ada orang yang hidup di dunia melainkan butuh sebuah pedoman. Ibarat orang yang berjalan menyusuri luasnya hutan belantara, setiap pejalan butuh terhadap petunjuk. Dari hal itu, keberadaan sebuah petunjuk menjadi sangat penting. Eksistensi dari sebuah pedoman-buku pedoman-akan sangat berarti bagi orang yang sungguh mengarungi hidup. Orang yang mau bersungguh-sungguh dengan hidupnya tidak hanya sekadar hidup dan berjalan, ia lebih dari itu. Ia akan mencari banyak petunjuk yang bisa membawa kepada kebahagian. Dan inti dari hidup sejatinya adalah bahagia, tapi jalan untuk itu tidaklah mudah. Ada banyak jalan dan ada banyak juga rintangan.

Dalam doktrin keislaman, pedoman yang paling primer tidak lain adalah al-Quran dan sunah nabi. Tapi, kita tidak bisa langsung berkiblat kepada dua hal tersebut. Makanya kita butuh sebuah medium mediasi antara kita dan pedoman primer. Maka, di sini keberadaan buku yang juga terjemahan dari al-Hikam ini sangat layak sebagai sarana mediasi. Bagaimanapun, inti sari dari kitab ini tidak akan pernah keluar dari nilai-nilai keislaman paling dasar. Ibnu Atha’illah As-Sakandari selaku penulis saya yakin sudah mempuni di bidang itu. Makanya samudera hikmah dengan judul al-Hikam ini banyak memikat para pengkaji tasawuf.

Di pesantren-pesantren di Indonesia, kitab dengan bahasa Arabnya masih banyak dikaji. Hal tersebut menjadi bukti bahwa karya itu bukan sembarang karya. Dan terjemahan ke dalam bahasa Indoensia ini merupakan suatu langkah sangat sangat spesial. Ini akan semakin menjadi al-Hikam sebagai primadona di bidang tasawuf. Meski hanya berupa potongan kata-bahasa kerennya hari ini quotes-namun masih sarat akan pesan. Dan memantapkan hati untuk memilih al-Hikam sebagai sebuah pedoman dalam hidup lewat bertasawuf saya kira adalah pilihan yang tepat.

Di halaman awal, buku ini langsung dibuka dengan sebuah pembahasan relasi otoritas insan dan Tuhan. Betapa Tuhan diberi kuasa yang nyaris banyak tertandingi kekuatan manusia. Al-Hikam dengan demikian tidak hanya ungkapan-ungkapan yang memotivasi belaka, ia menganut unsur relasi di situ. Bagaimana relasi hamba dan Tuhan dan hal-hal lainnya. Saya kira ini akan sangat relevan dengan dunia hari ini yang semakin hari pelan-pelan mengalami degradasi. Nilai-nilai etis yang berkaitan dengan ketuhanan mulai banyak yang disepelekan(hlm. 22).

Dalam pandangan saya, buku ini tidak hanya sekadar ada sebagai sebuah terjemahan dari al-Hikam. Ia akan hadir untuk mengisi relung-relung dalam perjalanan kita yang mulai mengalami semacam kubangan. Kubangan yang menjadi tempat berdiamnya krisis akan pedoman hidup. Bisa dilihat, tidak sedikit orang yang kebingunan mencari pegangan hidup hari ini. Tidak ada yang bisa dijakan pedoman, atau barangkali banyak yang menghindar. Untuk itu, buku ini sebagai basis awal dari bawah untuk menggapai pedoman yang primer(al-Quran-sunah).

Kelebihannya juga karena bahasa yang sudah diindonesiakan. Artinya, siapa saja bisa membaca buku ini dan menyelami kedalaman maknanya. Oretan-oretan dari Ibnu Atha’illah ini tidak lain hanya untuk memberikan sebuah pandangan baru bagi pembaca. Bagaimana semestinya hidup dijalani, bagaimana sesungguhnya kita harus berjalan dalam hidup. Perjalanan yang panjang dalam hidup selalu menuntut hal demikian, mau tidak mau. Siapapun pada akhirnya akan mencari sebuah cara untuk mencapai hal ihwal kebahagian dalam hidup.

Tidak ada hal lain yang diharapkan banyak orang selain hanya soal tujuan. Hidup yang layak dipertaruhkan adalah hidup yang mempunyai tujuan. Seberapa lama kita hidup di dunia tanpa tujuan, selama itu pula kebahagiaan akan menjauh. Dan jalan untuk menggapai kebahagiaan tersebut haruslah tepat. Kita tidak bisa membuat tata cara menggapai kebahagiaan sendiri, sebab kita sudah punya kiblat. Tinggal meniru apa yang sudah diperintahkan oleh rasul dan Tuhan di sanalah bisa kita jumpai juga soal kebahagiaan. Kalau tidak berlebihan-al-Hikam adalah bagian dari apa yang telah diperintahkan.

Isi dalam al-Hikam adalah perasan dari apa yang Islam ajarkan. Di beberapa hal memang mungkin masih terdapat hal yang kurang sebagai sebuah pandangan dari Ibnu Atha’illah. Namun, harus diakui bahwa basis dan dasar yang menjadikan al-Hikam kokoh sampai saat itu tidak lain karena dasar Islam yang kuat.

———— *** ————–

Rate this article!
Buku Saku Pedoman Hidup,5 / 5 ( 1votes )
Tags: