Bulan Juni Inflasi Kota Malang Tertinggi di Provinsi Jawa Timur

Kota Malang, Bhirawa
Inflasi Kota Malang, selama dua bulan berturut-turut, menjadi yang tertinggi di Jawa Timur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat angka inflasi pada Mei lalu sebesar 0,27 persen, sementara di bulan Juni inflasi kota pendidikan tercatat sebesar 0,44 persen.

Sunaryo, Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo Rabu 1/7 kemarin, mengutarakan, meski selama dua bulan terakhir inflasi Kota Malang tertinggi di Jatim, namun angka Year on Year (YoY) bagus yakni sebesar 1,31 persen.

Sedangkan inflasi kalender Kota Malang tercatat sebesar 0,88 persen. Inflasi ini memberikan isyarat adanya geliat ekonomi di Kota Malang.

“Jika warga tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, maka geliat ekonomi di Kota Malang akan bisa terus berjalan meski di tengah pandemi Covid-19,”ujar Sunaryo.

Kenaikan harga daging ayam ras sebesar 12,81 persen memberikan andil paling besar terhadap angka inflasi Kota Malang di bulan Juni.

Kemudian disusul kenaikan tarif angkutan udara, telur ayam ras, rokok kretek filter, buah naga, mie, blus wanita, tahu mentah, alpukat, dan mobil. “Kenaikan harga daging ayam memiliki andi 0,15 persen terhadap angka inflasi. Sedangkan tarif angkutan udara punya andil 0,09 persen,” ungkapnya.

Meski begitu, ada sejumlah komoditi yang mengalami penurunan harga atau menjadi penghambat inflasi. Diantaranya penurunan harga obat dengan resep dengan andil -0,04, bawang putih, emas perhiasan, tarif kendaraan roda 4 online, gula pasir, jeruk, cabai rawit, anggur, semangka, dan pengharum cucian.

“Harga obat dengan resep mengalami penurunan sebesar 6,83 persen,”unkapnya.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, komodi makanan, minuman dan tembakau memiliki andil terbesar 1,11 persen. Kemudian disusul pakaian dan alas kaki dengan andil 1,04 persen, penyedia makanan dan minuman 0,90 persen, transportasi 0,89 persen, informasi komunikasi dan jasa keuangan 0,06 persen, perumahan dan bahan bakar rumah tanggal 0,03 persen, dan pendidikan 0 persen.

Penyumbang deflasi berdasarkan kelompok pengeluaran terbanyak komoditas kesehatan yang meliputi obat dengan resep dan vitamin dengan andi -0,91 persen.

Di Jawa Timur, setelah Kota Malang dengan angka inflasi 0,44 persen, kemudian disusul Jember dengan angka inflasi 0,30 pesen, Kota Surabaya 0,28 persen, Kota Kediri 0,25 persen, Kota Madiun 0,20 persen, Kota Probolinggo 0,15 persen, Banyuwangi 0,06 persen, dan Sumenep mengalami deflasi sebesar -0,15 persen. [mut]

Tags: