Bulan Lalu Dipasang, Kini PJU Jembatan Merah ‘Menghilang’

Tidak-adanya-Penerangan-Jalan-Umum-PJU-di-Jembatan-Merah-sangat-membahayakan-pengguna-jalan-saat-malam-hari.

Tidak-adanya-Penerangan-Jalan-Umum-PJU-di-Jembatan-Merah-sangat-membahayakan-pengguna-jalan-saat-malam-hari.

Surabaya, Bhirawa
Penerangan Jalan Umum (PJU) di Jembatan Merah tiba-tiba ‘menghilang’. Padahal, sebulan yang lalu telah dilakukan pemasangan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya. Ada delapan titik yang terpasang di setiap sudut jembatan legendaris bergaya ornamen zaman dulu ini.
Dari pantauan Bhirawa, tiang beserta lampunya yang sebulan lalu dipasang oleh DKP menghilang tak tersisa. Hanya ada mur baut yang masih menancap di batu cor untuk tiang PJU. Hal ini membuat kawasan Jembatan Merah gelap gulita pada malam hari. Padahal, kawasan tersebut digadang-gadang jadi jujukan tamu manca negara yakni UN Habitat.
Kepala Bidang Pertamanan DKP Kota Surabaya, Muhammad Aswan membenarkan atas penggantian PJU Jembatan Merah. Ia menjelaskan, alasan digantinya PJU Jembatan Merah karena kurang gagah dan kurang tepat untuk estetika kota. Selain itu, juga kurang tinggi yang awalnya hanya tiga meter dan akan diganti menjadi lima meter.
“Awalnya PJU Jembatan Merah tingginya hanya tiga meter saja. Ini mau diganti menjadi lima meter. Karena kurang gagah saja. Mengingat lokasi itu sangat bersejarah, jadi ya harus lebih bagus,” dalihnya saat ditemui Bhirawa di ruang kerjanya, Kamis (23/6) kemarin.
Ia memastikan, jumlah PJU tetap sama seperti awalnya yang berjumlah delapan dari sisi utara dan selatan. Nantinya, kata Aswan, kedepalan PJU Jembatan Merah berornamen zaman dulu ini akan ditaruh di taman-taman. “Nanti, PJU itu akan dipindah di taman lah,” katanya.
Diberitakan Bhirawa bulan lalu bahwa DKP Kota Surabaya mengganti PJU di Jembatan Merah. Proses pengerjaannya mulai pergantian dari bola lampu, tiang, hingga kabelnya. Maklum, Hal ini dalam rangka persiapan Konferensi UN Habitat yang berlangsung 25-27 Juli mendatang karena Surabaya menjadi tuan rumah.
Salah satunya, melakukan peremajaan di beberapa jembatan dengan memasang lampu hias bergaya tempo dulu. Dengan mengganti tiang, kabel, beserta bola lampunya di Jembatan Merah yang menjadi kawasan komersial dan jalan satu-satunya yang menghubungkan Kalimas dan Gedung Residensi Surabaya.
“Jadi, nanti kalau malam di Jembatan Merah terlihat nyala yang biasanya berwarna kuning sekarang berubah menjadi abu-abu. Bola lampunya yang awalnya hanya satu sekarang ada tiga di setiap tiangnya,” ujarnya.
Menurut Chalid, ada delapan tiang lampu yang diganti di Jembatan legendaris ini. Tiang lampu yang baru ini lebih ramping dan bertekstur jadul. Hal ini dikarenakan mengikuti nuansa tempo dulu. “Kami memang cari nuansa tempoe doeloe. Ini juga dalam persiapan UN Habitat,” terangnya.
Tak hanya penerangan jalan, DKP juga telah mendekorasi taman-taman yang ada. Salah satunya, taman Jayengrono yang ada di depan Jembatan merah Plaza (JMP) memiliki air mancur menari diiringi musik. “Kalau musiknya diputar, air mancurnya bisa melenggak-lenggok mengikuti irama musik,” jelasnya.
Diharapkan dengan adanya pemasangan lampu hias itu tentu saja untuk menambah keindahan kota Surabaya saat malam. Caranya, pihak DKP dengan pemasangan lampu hias tersebut yang bertujuan agar mampu membuat masyarakat Surabaya menikmati keindahan kota saat malam hari.
Saat ditanya, apakah tak khawatir dengan adanya tangan jahil? Chalid mengatakan, “Kalau masyarakat sudah melihat lampu tersebut baik, maka diharapkan otomatis bisa turut menjaga juga, dan jika ada tangan jahil tentunya kami akan bekerjasama dengan Satpol PP, pihak kepolisian, koramil, sangat membantu kita,” pungkasnya.
Dikatakan Chalid, pihaknya akan berusaha melihat seberapa besar animo masyarakat tentang keidahan pemasangan lampu hias itu. “Kami kan pasang dulu dan juga akan melihat bagaimana animo masyarakat melihat adanya keindahan saat malam melintas di jembatan,” paparnya. (geh)

Tags: