Bulog Bojonegoro Catat Realisasi Pengadaan Beras Capai 58.909 Ton

Sejumlah pekerja dan tumpukan beras di gudang Bulog Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Bulog Subdivre III Bojonegoro, tengah mencatat realisasi pengadaan pangan beras di wilayah kerjanya yakni Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan hingga Agustus 2017 ini telah mencapai sekitar 58.909 dari jumlah yang ditargetkan tahun ini 106.000 ton setara beras.
Rincian realisasi pengadaan beras, Kabupaten Bojonegoro sebesar 22.225 ton, Lamongan sebesar 20.330 ton dan Tuban sebesar 16.352 ton setara beras. Wakil Kepala Bulog Subdivre Bojonegoro, Eddy Kusuma, mengatakan realisasi pengadaan pangan yang dilakukan oleh Bulog Surakarta hingga kemarin (15/8), mencapai 58.909 ton setara beras.
Menurutnya, meski realisasi mencapai 55.7 persen dari prognosa, namun optimistis bisa memenuhi target yang ditetapkan 106.000 ton setara beras. “Kami tetap optimistis target 106.000 ton hingga akhir Desember 2017 dapat terpenuhi,” ujar Eddy Kusuma.
Ia menegaskan pengadaan pangan di tiga kabupaten di wilayah kerjanya itu masih terus berjalan dengan melibatkan satgas, satker, TNIĀ  termasuk gabungan kelompok tani (gapoktan). “Pengadaan terus jalan. Untuk perolehannya tiga wilayah kerjanya per hari 200 ton,” kata Eddy menjelaskan.
Bahkan, menurut dia, sebagai usaha mendorong perolehan pengadaan pangan satgas pangan telah mengumpulkan penggilingan padi juga pengusaha beras di wilayah kerjanya Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, dalam beberapa hari terakhir. “Satgas pangan yang diketuai kapolres di masing-masing wilayah itu menjelaskan terkait permasalahan beras kepada penggilingan padi juga pengusaha beras,” kata dia.
Dalam melakukan pembelian bulog tetap mengacu Peraturan Menteri Perdagangan untuk gabah kering panen (GKP) Rp3.700/kilogram, gabah kering giling (GKP) Rp4.600 per kilogram dan beras Rp7.300/kilogram.
Terpisah Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari menyatakan produksi tanaman padi di daerahnya pada musim tanam kemarau masih tersedia cukup luas, meskipun pemkab mengeluarkan larangan di sebagian wilayah petani tidak menanam padi untuk menghindari serangan hama wereng.
Ia menyebutkan tanaman padi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo masih cukup luas mencapai 15.000 hektare pada musim tanam kemarau. “Produksi tanaman padi pada musim kemarau masih cukup banyak yang akan menambah perolehan pengadaan pangan di bulog,” imbuhnya. [bas]

Tags: