Bulog Bojonegoro Pesimis Penuhi Target 50 Ribu Ton

Sejumlah pekerja dan tumpukan beras digudang bulog setempat.

Sejumlah pekerja dan tumpukan beras digudang bulog setempat.

Bojonegoro, Bhirawa
Menjelang akhir bulan September, persediaan 50 ribu ton beras yang ditargetkan Provinsi Jatim, terancam tidak terpenuhi. Pasalnya dari tiga Kabupaten, sampai saat ini hanya 42 persen saja. Pihak Bulog juga merasa pesimis untuk bisa memenuhi target itu.
Sebelumnya, secara nasional Provinsi Jatim ditargetkan 500 ton beras, tetapi dibagi beberapa daerah. Target tersebut diluar target 98 ton yang direncanakan setiap tahunnya, ditahun 2015. Jumlah 50 ribu ton dengan jangka waktu 16 Juni sampai 30 September 2015.
Kepala Bulog Sub Drive III mengaku pesimis bisa merealisasikan target tersebut. “Sulit dicapai, apalagi batas akhir penyerapan beras tinggal tiga hari lagi bulan ini, “ katanya, Senin (28/9).
Hingga saat ini, Bulog baru mampu menyerap sekitar 47 persen dari tiga Kabupaten, yakni Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Namun ia akan terus berupaya untuk mencukupi target tersebut. Termasuk sosialisasi bersama Kodim, melalui Babinsa dan mendatangi pengusaha penggilingan padi agar menjual berasnya ke Bulog.
Menurut Efdal, rendahnya daya serap beras disebabkan ada beberapa kritia yakni antara lain adalah beras yang diambil bulog tidak sembarangan karena untuk menjaga kualitas. Termasuk ketentuan kadar air 14 persen dan brokennya 15 ke atas dari itu. Sehingga jika tidak sesuai akan dikembalikan. “ Kendalanya, beras premium kualitasnya tidak terpenuhi,” tegasnya.
Kondisi itu, menurut dia, diperparah dengan kebiasaan petani Bojonegoro pasca panen, yakni menyimpan gabah dan tidak langsung menjualnya. “ Gabahnya dimpan untuk keperluan sendiri dan kalaupun kebutuhan lain mendesak dijual sedikit demi sedikit ketika butuh uang,” ujarnya.
Saat ini wilayah Bojonegoro memang masih ada yang dalam masa panen. Namun, panen tersebut hanya terjadi wilayah bantaran sungai Bengawan Solo seperti daerah Padangan, Kalitidu, Baureno. Tentunya, jumlahnya tidak banyak. “ Biasanya mereka akan mengonsumsi sendiri pada waktu seperti ini,” tuturnya.
Target tersebut rencananya untuk mengantisipasi mahalnya harga beras seperti yang terjadi awal tahun ini. Dengan pasokan yang aman, pemerintah pusat berharap harga beras tidak akan mahal dimusim tanam padi.  ”Saat masa tanam harga beras memang sering naik,’’ imbuhnya.
Meskipun terancam tidak memenuhi target, ia tidak memusingkan sanksi yang akan diterima. Pasalnya Bulog mengambil beras dengan kualitas yang sesuai dengan syarat.
“Tidak tahu sanksinya, tapi kita akan berupaya sesuai kemampuan,” tandasnya.
Ditambahkan, stok beras di gudang bulog sampai saat ini ada sekitar 22.500 ton beras. Sehingga jumlah tersebut masih bisa mencukupi kebutuhan beras lima bulan ke depan. Jumlah tersebut belum mengalami pertambahan. Sebab, musim kemarau sedikit menyulitkan Bulog untuk melakukan pengadaan beras. [bas]

Tags: