Bulog Gagal Penuhi Target Pengadaan Beras

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jakarta, Bhirawa
Realisasi pengadaan beras dalam negeri atau penyerapan beras produksi petani oleh Perum Bulog pada 2014 hingga Desember mencapai 84 persen atau 2,5 juta ton dari target sebesar 3 juta ton.
Pelaksana tugas Dirut Perum Bulog Budi Purwanto di Jakarta, Senin, mengatakan realisasi pengadaan dalam negeri yang di bawah target tersebut disebabkan produksi beras dalam negeri tahun ini mengalami penurunan, sedangkan di lain sisi harga beras di pasaran mengalami kenaikan.
“Kondisi tersebut mengakibatkan petani lebih memilih menjual beras di pasaran yang harganya lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP),” katanya di sela Seminar Nasional “Membangun Sistem dan Program Strategis Kedaulatan Pangan” di Gedung Perum Bulog.
Dia mengungkapkan, harga gabah maupun beras di pasaran selalu lebih tinggi dibandingkan HPP, sementara Bulog harus membeli beras petani dengan HPP.
Pada November 2014 harga beras termurah di pasaran sebesar Rp9.221/kg atau 39,7 persen di atas HPP sedangkan harga gabah kering panen (GKP) Rp4.612/kg atau 37,6 persen di atas HPP.
Budi menyatakan, saat ini kemampuan Bulog untuk menyerap gabah petani sebesar 5-9 persen dari produksi nasional per tahun atau sekitar 1,5 hingga 3,6 juta ton setara beras per tahun.
Menurut dia, pengadaan beras dalam negeri tahun ini menurun dibandingkan realisasi tahun lalu yang mencapai 3,4 juta ton atau 7,8 persen dari produksi beras nasional 44,72 juta ton atau 71,2 juta ton gabah kering giling.
Pada 2014, tambahnya, berdasarkan Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik produksi padi sebesar 70,6 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 44,29 juta ton setara beras.
Sementara itu untuk 2015, Budi Purwanto menyatakan, pengadaan beras dalam negeri Bulog akan ditingkatkan menjadi 3,2 juta ton karena produksi tahun depan diperkirakan mengalami kenaikan.
“Kami optimis pengadaan dalam negeri tahun depan bisa meningkat apalagi produksi beras juga akan naik. Kalau bisa kita tidak impor (beras),” katanya.
Terkait stok beras yang dimiliki BUMN tersebut, menurut dia, hingga 24 Desember 2014 sebanyak 1,79 juta ton termasuk cadangan beras pemerintah (CBP) 251 ribu ton, sehingga cukup untuk menstabilkan harga beras di pasaran.
Sementara itu Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir membenarkan Bulog dalam menyerap gabah maupun beras petani sering kesulitan karena harga pasaran umum terkadang lebih tinggi dari HPP.
“Agar Bulog mendapatkan jaminan gabah maupun beras maka harus melakukan kerja sama dengan kelompok tani untuk melaksanakan ‘on farm’ (pertanaman) yang akan dibeli oleh Bulog,” katanya. [ant.ira]

Tags: