Bulog Tulungagung Janji Tampung Gabah Petani

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Tulungagung, Bhirawa
Badan Urusan Logistik Subdivre Tulungagung, Jatim berjanji menampung semua jenis gabah atau beras hasil panenan petani, namun harga disesuaikan menurut kualitasnya.
“Di kami ada ketentuan 20 persen ‘broken’ (beras pecah). Tatkala broken yang dikirim kemudian lebih dari 20 persen itu akan kami sesuaikan harganya,” kata Kepala Perum Bulog Subdivre Tulungagung Budi Cahyanto di Tulungagung, Senin (11/4).
Dengan kebijakan tersebut, Budi berharap semua produk gabah ataupun yang sudah diolah menjadi beras oleh petani semua bisa tertampung di gudang bulog.
Menurut dia, selama kendala persyaratan spesifikasi yang muncul hanya sebatas kadar beras pecah (broken) bulog masih bisa menoleransi dengan harga yang disesuaikan. “Kecuali kalau masalahnya adalah kadar air. Di bulog, standar kadar air untuk beras yang bisa ditampung atau diserap dari petani tidak boleh lebih dari 14 persen,” katanya.
Budi menjelaskan, masalah kadar air menjadi komponen yang sensitif bagi bulog, karena berpengaruh terhadap penyimpanan. “Karena bulog ini kan paling tidak minimal akan disimpan selama tiga bulan. Kalau kadar air lebih dari 14 persen, akan sangat mungkin beras ini akan berubah warnanya,” tutur Budi.
Untuk produk beras atau gabah dari petani yang masih memiliki kandungan air tinggi, Budi mengatakan bulog akan aktif melakukan pembinaan. Salah satunya, kata dia, yakni dengan menyosialisasikan pentingnya proses pengeringan gabah sebelum diselep atau digiling sehingga menjadi beras. “Kadar air tinggi biasanya karena pengeringan tidak tuntas. Minimal pengeringan itu tiga hari sebelum masuk penggilingan,” ucapnya.
Budi menjelaskan, saat ini harga pokok penjualan (HPP) gabah kering sawah yang ditetapkan pemerintah adalah Rp3.700 per kilogram dengan standar/ketentuan kadar air 25 persen dan hampa kotoran 10 persen.
Namun, apabila saat panen petani bisa memberikan gabah kering sawah dengan kadar air misal 15 persen dan hampa kotoran tiga persen, Budi memastikan bulog siap membelinya dengan harga lebih tinggi, yakni Rp4.200 per kilogram.
“Kalau kemudian ada yang bisa kadar air 14 persen dan hampa kotoran tiga persen, ya kami akan membelinya lebih tinggi hingga Rp4.650 per kilogram. Jadi sesuai saja di lapangan petani maunya berapa,” jelas Budi.
Bulog sendiri mematok harga beras dengan nilai sesuai HPP pemerintah, yakni Rp7.300 per kilogram, namun jika mengambil ke penggilingan harga serapan yang mereka patok adalah Rp7.250.
“Kalau kemudian ada pedagang yang menawarkan harga yang lebih tinggi dibanding bulog, ya tentu kami dorong petani untuk menikmati harga yang lebih baik. Tapi kami tetap berharap bisa terserap ke bulog,” ujarnya. [wed,ant]

Tags: