Bulu Tangkis Jatim Minim Prestasi

Dari kiri; Yacob Rusdianto (PB Suryanaga), Ferry Steward (PB Wima), Bachrul Amiq (Dewan Pakar PBSI Jatim), Eddy Sabarudin (Binpres PB PBSI) dan Tauriq (Ketua Umum PBSI Sidoarjo) menyoroti menurunnya prestasi bulu tangkis Jatim. [wawan triyanto]

Surabaya, Bhirawa
Kinerja Pengprov Persataun Bulu Tankis Seluruh Indonesia (PBSI) Jatim mendapat sorot tajam dari pemilik klub dan pengkab. Mereka menilai pengurus periode ini gagal mengangkat prestasi atlet Jatim.
Menurut Ketua PB Suryanaga Yacob Rusdianto, Sejak dipilih dan dilantik tahun 2014 lalu, hingga 2018, PBSI Jatim yang dinahkodai oleh Oei Wijanarko Adi Mulya tak pernah menorehkan prestasi bagi Jatim.
Bahkan saat ini prestasi pebulutangkis Jatim di level nasional cenderung menurun. “Prestasi atlet mengalami penurunan, dibawah kepemimpinan Wijanarko. Selama empat tahun, tidak ada prestasi yang membanggakan,” kata Yacob Risdianto, Kamis (1/3).
Menurutnya, selama empat tahun menjabat ketua Pengprov PBSI Jatim, tidak pernah menorehkan prestasi gemilang di berbagai even nasional. “Kita tidak menghakimi yang salah. Tapi, jika melihat kondisi yang ada, kita prihatin,” kritik Yacob.
Lebih lanjut ia mengatakan, merosotnya presti itu tidak lepas dari kurang kepedulian PBSI Jatim terhadap klub, padahal unjung tombak prestasi ada di klub karena klub yang melahirkan atlet.
“Kalau tak ada kepedulian terhadap klub apa jadinya. Bagaimana klub bisa hidup dan prestasi meningkat kalau tak ada perhatian dari pengprov,” kata Yacob yang juga mantan Ketua Umum PBSI Jatim.
Mantan Sekjen PB PBSI itu juga mengaku rindu dengan kejayaan bulutangkis Jatim beberapa tahun silam. Dulu Jatim mampu melahirkan juara olimpiade, seperti Alan Budi Kusuma, Tri Kusharyanto dan Dwi Sonny Kuncoro.
Senada dengan Yacob, Fery Stewart dari PB Wima juga merasa miris dengan prestasi atlet Jatim, bahkan saat berlaga di even nasional jarang ada atlet Jatim yang bisa menembus babak semi final. “Ini benar-benar ironis,” katanya.
Sedangkan Edy Sabarudin (Binpres PB PBSI) mengatakan, dulu kalau ada Kejurnas Jatim selalu minta kuota lebih. “Biasanya Jatim mendapat kuota 42 atlet dan selalu minta tambah karena banyak pemain yang ikut, tapi sekarang saya kasih jatah 40 yang ikut hanya 26 atlet,” kata Edy.
Ketua Umum PBSI Sidoarjo yang juga pemilik klub Fifa Sidoarjo, Thoriq. Dia prihatin dengan kondisi di tubuh pengprov PBSI Jatim, selain menurunnya prestasi juga banyak atlet Jatim yang pindah ke provinsi lain. “Mereka lebih suka berlatih di luar daripada di daerahnya sendiri, sehingga prestasinya lebih bagus.
Menurunnya prestasi pebulutangkis Jatim ini akan berimbas pada rangking Jatim di PBSI. Jika sampai terdegrasi ke divisi 2, akan membuat malu nama besar Jatim yang sempat mendapat julukan sebagai gudangnya atlet nasional. Sementara itu, Dewan Pakar PBSI Jatim, Bachrul Amiq mengatakan harus ada upaya untuk mengangkat prestasi. “Harus ada langkah untuk mengembalikan prestasi Jatim,” katanya. [wwn]

Rate this article!
Tags: