Bupati Berharap SMK Keperawatan Menjadi Penggerak Penanganan Covid-19

Bupati Ahmad Muhdlor saat meninjau Lab Tempat Uji Kompetensi Farmakognosi. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Bupati Sidoarjo beharap sekolah SMK Negeri/Swasta yang mempunyai Kompetensi Keperawatan mau bahu membahu dalam penyelesaian pandemi Covid 19. Harapan ini ditegaskan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor saat berkunjung ke SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo.
Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor S IP disambut Ketua Yayasan Sepuluh Nopember, Misti Hariasih SE MM yang didampingi Kepala SMK Sepuluh Nopember Ratih Wulansari SSi MPd dan Kepala SMP Sepuluh Nopember Luluk Nuryanti SSi MPd, pada Selasa (3/8) kemarin sore. Bupati sempat keliling meninjau ruangan, termasuk ruang – ruang laboratorium yang terkait dengan Farmasi dan Keparawatan.
Bupati Muhdlor menjelaskan, pihaknya ingin melihat masa depan Sidoarjo, tentang keberadaan ahli – ahli di bidang medis, diantaranya kompetensi keperawatan dan kompetensi farmasi. Karena dua kompetensi ini suatu saat pasti menjadi ujung tombak kita semua, masa depan semua pihak.
“Tadi saya melihat suasana sekelilingnya dan sarana prasarananya sudah cukup bagus. Semoga kedepannya bisa menjadi salah satu pioneer, juga sebagai penggerak bahu membahu dalam penyelesaian Covid 19. Seandainya vaksinnya sudah tersedia banyak, semoga siswanya bisa menjadi volunteer atau relawan. Karena ada beberapa STIKES besar sudah bergabung, tinggal SMK Negeri/Swasta ini yang mempunyai jurusan keperawatan dan farmasi untuk mau menjadi relawan,” harap Muhdlor.
“Sebab, di era pandemi darurat ini seperti sekarang ini jangan hanya bertanya apa yang diberikan negara pada kita. Tetapi apa yang sudah kita berikan kepada negara,” ujar Gus Muhdlor–sapaan akrabnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Sepuluh Nopember Misti Hariasih yang membawahi SMK dan SMP menyambut baik atas keinginan Bupati Sidoarjo. Jadi kedua jurusan itu siap diberdayakan menjadi volunteer untuk membantu pemerintah menyelesaikan penanganan pandemi Covid 19 ini.
“Kalau secara keilmuan yang akan diterapkan di lapangan oleh siswa, kepala sekolah yang lebih mengetahui kapasitas siswanya. Kira – kira sudah mumpuni apa kalau siswa SMK untuk turun menjadi volunteer,” terang Misti Hariasih.
“Sebetulnya para guru – guru dan siswa di sekolah ini adalah sudah sebagai agen. Agen perubahan bagaimana mereka mendapatkan ilmu pengetahuan lebih tentang kesehatan, utamanya dengan membiasakan 6M itu sebetulnya sudah paham. Ditambah lagi ilmu tentang sterelisasi untuk melaksanakan vaksinasi,” tambah Kepala SMK Sepuluh Nopember Ratih Wulansari.
Lanjutnya, jadi kalau pratek penyuntikan dan yang lainnya mereka juga sudah bisa tinggal mereka menggunakan pakaikan APD yang lebih lengkap. ”Jadi sebetulnya untuk sekolah kesehatan diperlukan untuk menyebarkan atau membiasakan keluarganya jaga kebersihan. Kalau tugasnya membantu saya kira sudah bisa,” tandas Bu Ratih–sapaan akrabnya. [ach]

Tags: