Bupati Bojonegoro Ajak Merefleksi Multikulturalisme

Bupati Bojonegoro,Suyoto

Bojonegoro, Bhirawa
Dialoq lintas agama dan Pembinaan aparatur sipil negara di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro. Hadir dalam acara ini tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Bojonegoro dan Forum Pimpinan Daerah serta Kepala Kantor Wilayah Jawa Timur, Samsul Bachri di Ruang Angling Dharma Kantor pemkab Bojonegoro, kemarin (26/4).
Bupati Bojonegoro, Suyoto menyampaikan bahwa dirinya memiliki pengalaman dengan beberapa tokoh lintas agama dimasa muda dahulu. “Meski kita berbeda kita bukan harus berpecah namun harus saling bersolidaritas,” kata Bupati Suyoto.
Dalam kesempata itu, Bupati juga mengajak agar kita merefleksi multikulturalisme, salah satunya adalah dari  kasus Pilkada DKI Jakarta. Menurut Bupati bahwa di Pilkada DKI itu kita benar- benar terbelah menjadi dua yakni. Namun pada akhirnya apa yang kita khawatirkan terjadi karena kita mengedepankan rasa persatuan dan kepentingan bersama.
Lalu ada apa dengan multikulturalism di negara kita. Yang harus diingat perbedaan kultur ini sangatlah nyata dan itu karena Sunatullah serta multikulturalism di negara kita adalah penentu kelangsungan Indonesia. “Dengan berbeda inilah kehidupan kita ini menjadi lebih baik. Ini adalah janji kita mengakui perbedaan dan hidup dengan perbedaan itu. Apalagi dasar negara kita adalah multikulturalism, yakni pancasila dan UUD 1945,” ujarnya.
Kita harus menghormati ini adalah strategi dalam menjalankan kehidupan ditengah perbedaan, lalu apakah multikulturalism ini akan berlangsung jawabannya apakah kita masih memegang janji itu sendiri. “Yang kedua adalah senantiasa melakukan sosialisasi terhadap pentingnya janji itu. Karenanya tugas para pendakwah dan guru adalah mengajarkan tentang multikulturalism baik kepada murid dan masyarakat,” jelasnya.
Negara hadir untuk melindungi dan menjaga seluruh warga negaranya. Karenanya jika ada masalah kita harus memediasi kedua belah pihak yang sedang bermasalah. Kita harus mendidik generasi muda kita bahwa perbedaan ini adalah bukan untuk memisahkan namun bagian dari kehidupan. Mengapa negara gagal ketika semua aspek tidak melakukan perannya untu bangsa kita. Pilihan ditangan kita apakah mau mempersatukan bangsa ataukah justru akan mencabik cabik dan memperdalam perbedaan itu.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro, Drs.H. Munir dalam laporannya menyampaikan bahwa jumlah lembaga di bawah naungannya yakni Lembaga RA sebanyak 243 lembaga dengan jumlah siswa 10.171 orang. 256 lembaga Madrasah Ibdtidaiyah dengan siswa 28.241 orang. 110 lembaga Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah 20.413 siswa dan 56 Madrasah Aliyah jumlah siswa 11.752 siswa.
Jumlah guru adalah guru RA sejumlah 676 guru, MI sejumlah 2.449 guru, MTs sejumlah 1112 guru dan MA sejumlah 882. Sedangka tenaga penyuluh agama ada 18 orang padahal jumlah kecamatan di Bojonegoro sejumlah 28 kecamatan. Penyuluh Non PNS sebanyak 224 orang. Penghuly sebanyak 22 orang. Adapun guru PNS sebanyak 595 orang dan Non PNS 5.124 orang. Dilihat dari sisi sertifikasi PNS yang sudah sertifikasi sebanyak 2.516 orang,impasing 1.427 orang dan belum sertifikasi 3.203.
Menurut Munir PNS Pendidikan Agama Islam saat ini 385 padahal seharusnya idealnya adalah 586 orang.
Adapun untuk pendaftaran haji di Bojonegoro sudah 29. 954 pendaftar dan berangkat di 2040.  Adapun Calon Jamaah Haji Bojonegoro sebanyak 994 orang dan yang sudah melakukan pelunasan baru 75 persen.
Seusai acara dilanjutkan dengan dialoq kerukunan beragama dengan forum pimpinan daerah Bojonegoro yang terdiri dari Kejaksaan,Polres,Komandan Kodim dan Ketua DPRD serta Kepala Kantor Wiliyah Kementerian Agama Jawa Timur dengan moderator Ketua FKUB KH. Alamul Huda. [bas]

Tags: