Bupati Fadeli Kembali Nyatakan Tolak Beras Impor Masuk Lamongan

Panen padi di Lamongan pada tahun 2017 mencapai 1,1 juta ton GKG. [Suprayitno/bhirawa]

Lamongan, Bhirawa
Bupati Fadeli kembali menyatakan penolakan beras impor masuk Lamongan. Dia menyebut kenaikan harga beras tidak akan berlangsung lama, seiring dengan sudah dimulainya panen di sejumlah tempat. “Biarkanlah petani kita menikmati kemakmuran. Toh kenaikan harga ini tidak akan berlangsung lama. Nanti juga akan turun dengan sendirinya (ketika panen), ” ujarnya saat peresmian Musholla Madinah Koramil 0812/01 Lamongan, Selasa (23/1).
Dia menyatakan tidak ada urgensinya melakukan impor beras. Apalagi kalau sampai masuk ke Lamongan yang surplus beras. Panen padi Lamongan 2017 kemarin seperti disampaikan Fadeli mencapai hampir 1,1 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Dengan memperhitungkan gabah itu untuk kebutuhan bibit dan konsumsi, Lamongan masih surplus sekitar 700 ribu ton gabah. Itu berarti setara dengan surplus 460 ribu ton beras. Sementara di tahun 2018, sampai dengan Bulan April saja diperkirakan akan ada 58.455 hektare padi yang dipanen.
Dengan produktivitas tahun 2017 yang mencapai 6,9 kwintal perhektare, pada April nanti diperkirakan Lamongan akan sanggup memproduksi hingga 403.399 ton GKG. Selain musholla, Bupati bersama Komandan Korem 082/Citra Panca Yudha Jaya Kolonel Kav Gathut Setyo Utomo juga meresmikan Swalayan Kartika milik Primer Koperasi Kodim 0812 Lamongan.
Data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lamongan, harga gabah kering giling saat ini antara Rp 6.200 – Rp 6.400 perkilogram. Sementara untuk beras kwalitas medium, tidak ada kenaikan harga lagi selama sepekan ini. Di Pasar Sidoharjo dan Mantup harganya Rp 10 ribu perkilogram. Sedangkan di Pasar Babat Rp 9.500 perkilogram dan di Pasar Blimbing dijual dengan harga Rp 11 ribu per kilogram.
Padat Karya
Sementara itu, Bupati Lumajang menegaskan bahwa potensi pertanian yang ada saat ini, rancananya akan dimaksimalkan sebagai penyedia lapangan kerja masyarakat untuk peningkatan ekonomi dan mengurangi angka pengagguran.
Hal tersebut disampaikan oleh Bupati ketika membuka sosialisasi perluasan kesempatan kerja melalui sistem padat karya 2018, bersama Disnaker trans Lumajang, yang dihadiri oleh jajaran Forkopimca setempat tokoh masyarakat dan tokoh agama serta stakeholder bersangkutan, digelar di Balai Desa Rojopolo, Kecamatan Jatiroto, Selasa (23/1).
Dalam kesempatan itu Bupati juga menjelaskan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap kesempatan kerja semakin tinggi, disisi lain lapangan kerja masih kurang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lumajang, mengupayakan pemenuhan lapangan kerja melalui program padat karya dimana nantinya orientasi pengembangan padat karya lebih banyak menggunakan tenaga manusia daripada mesin. “Tujuan utama program ini untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar proyek yang tidak memiliki pekerjaan tetap,” ujarnya.
Sedangkan Padat karya yang diperkirakan dapat menyerap banyak tenaga kerja menurutnya adalah sektor pertanian dimana dilokasi wilayah tersebut masih banyak fasilitas pendukung pertanian seperti cek dam, saluran irigasi, normalisasi sungai dan lain lainnya, akan dikerjakan secara manual dengan memberdayakan masyarakat sekitar. “Upaya untuk menormalisasi aliran sungai yang dilakukan untuk membantu pengairan air untuk kebutuhan pertanian,dan Desa Rojopolo memiliki pontensi yang baik di bidang pertanian,” jelasnya. [yit,dwi]

Tags: