Bupati Jombang Pantau Posko Karantina Pendatang di Sekolah

Bupati Mundjidah Wahab saat menyerahkan bingkisan kepada warga yang dikarantina di sekolah, Rabu siang (15/04). [arif yulianto]

Jombang, Bhirawa
Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab memantau secara langsung Posko karantina bagi para pendatang yang masuk ke Kabupaten Jombang, Rabu siang (15/4).
Pemantauan dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri (SDN) yakni di SDN Kebon Agung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang dan SDN Pesantren, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang.
Kedatangan Bupati Jombang ini didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang serta anggota Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Jombang lainnya.
Bupati memastikan keadaan para pendatang yang tengah dikarantina ini dalam keadaan sehat.
“Alhamdulillah dua-duanya dalam kondisi sehat. Dan tempatnya pun juga cukup memadai, mereka tidak ada keluhan,” ujar Bupati Jombang.
Saat di lokasi pertama di Desa Kebon Agung, Ploso, Jombang, Bupati tampak melakukan dialog dengan warga yang dikarantina. Kemudian dia juga menyerahkan bingkisan untuk mereka.
Di lokasi karantina pertama ini, terdapat tiga orang yang dikarantina terdiri dari satu orang laki-laki dewasa, satu orang perempuan dewasa, dan satu anak perempuan. Mereka merupakan warga Desa Kebon Agung, Ploso, Jombang yang pulang bekerja dari daerah Makassar, Sulawesi Selatan.
Salah seorang warga yang dikarantina bernama Priyono (42) menuturkan, dia terpaksa pulang kembali ke daerah asalnya karena di daerah tempatnya bekerja di Makassar saat ini sepi. Dia mengaku sudah empat hari menjalani karantina di SDN Kebon Agung.
“Keadaan di sana (di Makassar) sudah sunyi, ndak bisa berjualan, di lorong-lorong juga ditutup,” tutur Priyono.
Sementara di lokasi pemantauan kedua di SDN Pesantren, Tembelang, Jombang, Bupati juga memberikan bingkisan kepada warga yang tengah menjalani karantina. Di sini, hanya ada satu warga yang dikarantina.
Warga asli Desa Pesantren, Tembelang, Jombang yang tengah menjalani karantina bernama Nanik Mukaromah (38) ini mengaku, ia di karantina di SDN Pesantren karena baru saja datang dari Malaysia, tempatnya bekerja. Ia mengatakan sudah berada di Malaysia selama delapan tahun terakhir.
“Di sana ‘lock down’ terus, nggak ada aktifitas, nggak ada pemasukan, nggak bisa kerja, yang jelas betul-betul terisolasi,” kata Nanik Mukaromah saat menceritakan alasannya kembali pulang ke tanah air.
Disinggung lebih lanjut terkait pelayanan di tempat karantina ini, Nanik Mukaromah menjawab, dari pihak desa setempat memberikan konsumsi makan tiga kali dalam sehari.
“Tiap pagi juga dicek kesehatan, dikasih vitamin. Dan dijaga 24 jam bergantian aparatnya,” pungkas Nanik. [rif]

Tags: