Bupati Jombang Sambangi Ana Nur Udaifah, Balita Lahir Tanpa Anus

Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab saat menyambangi balita Ana Nur Udaifah yang terlahir tanpa anus, Sabtu (14/09).
[Arif Yulianto/ Bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Kondisi Ana Nur Udaifah, balita berumur 4, 5 bulan anak pasangan Hariono (44) Maisaroh (30) dan warga Dusun Boro Cilik, Desa Gedangan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang yang terlahir tanpa memiliki anus mengundang perhatian Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab. Bupati Jombang bersama sejumlah dinas terkait menyambangi Ana Nur Udaifah, Sabtu (14/08) kemarin. Menurut Dedi Kurniadi, kepala desa setempat, Ana terlahir tanpa anus. Diceritakannya, dulu Ana pernah ditangani oleh bidan setempat, untuk diusahakan agar mendapatkan pengobatan gratis hingga akan di operasi di Surabaya.
“Sudah difasilitasi, tetapi karena kondisi fisik yang belum memungkinkan, menunggu untuk memenuhi syarat operasi dulu,” kata Dedi, usai menemani Bupati Jombang menyambangi balita Ana, Sabtu (14/09).
Ditambahkannya, untuk memfasilitasi pengobatan Ana, pihaknya siap memberikan pelayanan Mobil Siaga Desa yang ada untuk digunakan mengantar ke manapun Ana berobat.
Setelah menyerahkan bantuan seperti paket bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Jombang, Bupati Mundjidah Wahab menjelaskan, mulai lahir hingga saat ini, Ana selalu dibawa untuk kontrol di Puskesmas setempat.
“Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Puskesmas, RSUD, sampai sekarang bisa melakukan bantuan termasuk juga memberi susu dan penggantian alat-alat, sehingga sudah bisa teratasi,” ujar Bupati Jombang saat diwawancarai sesaat sebelum meninggalkan lokasi.
Ditanya lebih lanjut untuk jaminan kesehatan ke depannya untuk balita Ana misalnya untuk kebutuhan operasi pembuatan anus dan yang lainnya, Bupati menjawab, jika nanti di Jombang (RSUD Jombang) bisa melakukan operasi tersebut, tidak di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo, Surabaya.
Kalau pun ada, sudah ada pembiayaanya. Karena sudah punya KJS (Kartu Jombang Sehat). Ibunya sudah dapat,” tandas Bupati.
Dijelaskannya, saat ini, kondisi fisik Ana juga tengah dalam kondisi yang sehat. Sekadar diketahui, Hariono, ayah Ana berprofesi sebagai pengamen dengan penghasilan yang tidak menentu. Sementara istrinya, Maisaroh, tidak bekerja karena mengurus kedua anaknya. Dengan penghasilan yang minim, pasangan tersebut tak mampu untuk membiayai operasi buat buah hatinya.
Maisaroh menuturkan, jangankan untuk biaya operasi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta biaya kontrol ke rumah sakit dirinya harus tutup lubang gali lubang.
“Kepinginnya sih di operasi biar anak saya bisa buang air besar dengan wajar, sedangkan kondisi saat ini tidak punya biaya,” tutur Maisaroh kepada wartawan, Rabu (11/09).
Saat ini dirinya bersama suami harus memikirkan biaya untuk perawatan bayinya di rumah, yakni membeli kain kasa plastik di apotek. Kain kasa plastik tersebut digunakan menutup lubang buatan yang ada di perut yang berfungsi sebagai saluran buang air besar.
“Sehari biasanya habis lebih dari sepuluh lembar, karena sering buang air besar, kain tersebut harganya per sepuluh lembar 40 ribu rupiah,” tuturnya lagi.
Selain memberikan biaya perawatan di rumah, Maisaroh juga harus secara rutin membawa bayinya untuk melakukan kontrol di rumah sakit. Hal ini harus dilakukan untuk mengecek apakah lubang buatan dalam kondisi baik dan tak terjadi inveksi. Namun, satu bulan terakhir ini ia tak membawa bayinya ke rumah sakit lantaran tak memiliki biaya.
Dsinggung mengenai kartu kesehatan dari pemerintah baik pusat maupun daerah, Maisaroh mengaku dulu saat ia melahirkan, menggunakan Kartu Jombang Sehat (KJS).
“Tapi katanya hanya berlaku satu kali saja. Selanjutnya pas kontrol bayar sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, Jumat (13/09), ditemui di kantornya, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jombang, Moch Saleh menerangkan, proses pengurusan Penerimaan Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan (JKN) memang membutuhkan waktu yang agak lama.
“Yang jelas itu kan anggota baru dalam keluarga itu. Artinya belum masuk di BDT (Basis Data Terpadu)-nya,” ujar Moch Saleh.
Moch Saleh memastikan, tim dari pihaknya sudah turun ke lapangan untuk memprosesnya. Namun jika nanti proses PBI-JKN lama, maka ada solusi, balita Ana akan dicover dengan PBI-D (Kis-Da).
“Kita punya slot itu. Ini tadi teman-teman saya suruh untuk lakukan asesmen ulang. Diidentifikasi, karena informasinya, keluarganya kan sudah dapat KIS,” tambahnya.
Sementara menurut Saleh, jika melihat kondisi perekonomian orang tua Ana yang mengandalkan penghasilan tidak tetapnya sebagai pengamen, kemungkinan ke depan, keluarga tersebut akan mendapat Bantuan Sosial Komplementer.(rif)

Tags: