Bupati Magetan Suprawoto Mantu Putrinya dengan Bule Belanda

Bupati Magetan Suprawoto saat melaksanakan prosesi temu manten di Pendopo Surya Graha, Magetan.

Ijab Qobul Dilakukan Secara Islam, Sempat Diulang Tiga Kali karena Tegang
Kab Magetan, Bhirawa
Gending Kebo Giro mengalun di Pendopo Surya Graha, Magetan, selepas adzan Ashar, Minggu (20/1). Sepasang pengantin berjalan bergandengan menuju altar pelaminan. Acara temu manten dengan konsep pernikahan Jawa yang terasa sangat istimewa. Pernikahan siapakah itu ?
Ternyata, acara temu manten itu adalah Tanjung Retno Wigati SAk MSc MS Ak dengan Edgar Stunsera BSc MSc PhD yang disaksikan ratusan undangan dari kalangan keluarga, terasa sakral dan megah. Tanjung Retno Wigati merupakan putri Bupati Magetan, Suprawoto. “Mereka bertemu saat kuliah di Amsterdam University,” kata Suprawoto.
Usai lulus sarjana akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, kata Suprawoto, anak nomor duanya yang berusia 27 tahun itu mendapat beasiswa unggulan dari Kemendikbud untuk meneruskan program magister akuntansi di Amsterdam University, di Amsterdam, Belanda.
Selama menjalani kuliah itu, Tanjung bertemu dengan Edgar yang mendalami program doktoral ilmu batu-batuan luar angkasa. “Mereka adalah teman sekampus, tapi beda jurusan,” lanjut Suprawoto.
Setamat dari program magister akuntansi, Tanjung mendapat pekerjaan sebagai akuntan di kantor akuntan publik di Amsterdam. Sedangkan Edgar yang kini berusia 30 tahun, mendapat tawaran pekerjaan di sebuah lembaga riset perguruan tinggi di Washington DC, selama dua tahun.
“Edgar ingin punya pengalaman di luar Amsterdam. Tapi, nantinya akan kembali ke Amsterdam sebagai dosen di Amsterdam University,” jelas Suprawoto di sela acara akad nikah, kemarin.
Pernikahan beda negara antara Tanjung dengan Edgar yang berdarah Belanda, sempat menimbulkan kekhawatiran bagi Suprawoto, karena Tanjung adalah anak perempuan.
“Tiap orang tua pasti punya rasa khawatir ketika melepas anaknya berumah tangga. Tapi, di zaman sekarang kita tidak perlu khawatir. Apalagi anak zaman sekarang lebih matang. Sebagai wong Jawa, saya menaik turunkan perasaan itu, dan saya mempercayai keduanya dewasa dan matang,” ungkapnya bernada optimis.
Di sisi lain, Suprawoto berpikiran bahwa putrinya yang akan membangun rumah tangga dan tinggal di Amsterdam, sebagai pioneer bagi keluarga besar atau masyarakat yang membutuhkan.
“Anggap saja Tanjung sebagai pioneer, seperti saat saya ketika bekerja di Jakarta dan keluarga saya di Surabaya. Saya adalah pioneer bagi keluarga yang ketika membutuhkan informasi tentang Jakarta atau minimal menjadi jujugan saat mereka ke Jakarta,” papar Suprawoto.
Prosesi ijab qobul yang berlangsung secara akad nikah Islam terpaksa diulang tiga kali. Itu karena Edgar tampak tegang dan kurang faham dengan tata cara. Namun, setelah dipandu, akhirnya Edgar dengan lantang meneriakkan kalimat saya terima nikahnya Tanjung Retno Wigati dengan seperangkat perhiasan emas secara tunai.
Seserahan dari Edgar yang diberikan kepada Tanjung terdiri atas seperangkat alat shalat dan Al Quran tiga bahasa, serta berbagai pernik busana dan aksesoris perempuan serta perhiasan emas. Hadir pula dua orang tua Edgar, Eddy Pieter Steenstra-Lilian Aben Steenstra, dari Amsterdam serta adik perempuannya. [wardianto]

Tags: