Bupati Malang Berangkatkan Kirab Gumebyar Pesona Gunung Kawi

Bupati Malang H Rendra Kresna (kanan) saat memberangkatkan Kirab Gumebyar Pesona Gunung Kawi 2017, di lapangan Desa Wonosari, Kec Wonosari, Kab Malang

Kab Malang, Bhirawa
Agenda tahunan memperingati Tahun Baru Hijriyah atau 1 Muharram 1438 Hijriyah yakni Kirab Gumebyar Pesona Gunung Kawi 2017 yang diselenggarakan masyarakat di sekitar Wisata Ritual Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Sedangkan dalam Kirab Gumebyar Pesona Gunung Kawi itu, yang paling ditunggu-tunggu para wisatawan yaitu pembakaran ogoh-ogoh atau patung raksasa yang menggambarkan sesosok buto raksasa. Sedangkan buto raksasa itu diyakini masyarakat setempat merupakan lambang ke angkara murkaan dan selalu membawa mara bahaya dan bencana. Sehingga dengan ritual 1 Muharram atau orang Jawa menyebutnya Syuroan, agar dijauhkan masyarakat Desa Wonosari dari mara bahaya, sehingga buto raksasa tersebut dibakar,
Sedangkan hal itu, telah menandakan bahwa buto raksasa itu sudah hancur dan tidak lagi menganggu kehidupan warga setempat, demikian dikatakan Bupati Malang H Rendra Kresna, Kamis (21/9), seusai memberangkatkan peserta Kirab Gumebyar Pesona Gunung Kawi tahun 2017, di lapangan Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Menurut dia, setiap Tahun Baru Islam warga Desa Wonosari yang berada di sekitar Makam Kanjeng Kyai Zakaria II atau masyarakat setempat menyebutnya Eyang Jugo atau Raden Imam Sudjono sebagai destinasi wisata ritual, selalu menggelar ritual yang sekaligus memohon doa kepada Allah agar diberikan keselamatan dan dilancarkan rezekinya. Sehingga dengan acara kirab itu, telah memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
“Untuk itu, agenda tahunan yang dimiliki warga Desa Wonosari tersebut selalu kami dukung dalam melestarikan budaya yang sudah dilakukan masyarakat puluhan tahun,” jelasnya.
Sementara, lanjut Rendra,  kegiatan Gumebyar Pesona Gunung Kawi tahun 2017,  menjadi kegiatan yang mampu menarik wisatawan dan juga sebagai wisata nasional. Sedangkan dengan datangnya 1 Syuro, hal itu telah mempunyai makna yang khusus dan mendalam bagi sebagian masyarakat dalam melestarikan budaya. Karena 1 Syuro dikonstruksi sebagai awal tahun yang penuh misteri karena punya energi yang berbeda dengan bulan lain.
“Oleh karena itu, setiap masuk pada pergantian Tahun Baru Islam, tidak hanya warga Desa Wonosari saja yang selalu memperingatinya, namun ada warga Kabupaten Malang yang  lainnya juga memperingatinya dengan berbagai macam laku spiritual untuk menangkal datangnya mara bahaya,” tuturnya.
Diterangkan, kirab budaya yang digelar masyarakat Desa Wonosari ini merupakan manifestasi dari budaya turun temurun oleh leluhur untuk memahami situasi. Karena semua diarahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) sebagai upaya meminta kekuatan agar terbebas dari cobaan dan bencana. Sehingga dengan keyakinan masyarakat Gunung Kawi itu, maka mereka hingga saat ini menemukan kedamaian dan saling hidup rukun diantara satu dengan yang lainnya.
“Mari kita menjadikan Tahun Baru Islam sebagai titik tolak bulan kesucian baik jasmani dan rohani. Dan mari kita sambut untuk meningkatkan ketakwaan dan sujud syukur kepada Tuhan YME, agar tercipta sikap perbuatan dan perilaku yang serba luhur,” tandas Rendra. [cyn]

Tags: