Bupati Mundjidah Dukung Pelestarian Sejarah Bung Karno di Jombang

Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab saat menerima beberapa buku tentang sejarah Bung Karno dari Kushartono, salah seorang keluarga Situs Persada Bung Karno, Ndalem Pojok, Wates, Kediri di Pendopo Kabupaten Jombang, Senin siang (08/07).
[Arif Yulianto/Bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab mendukung upaya-upaya pelestarian terhadap sejarah Bapak Bangsa, Ir Soekarno (Bung Karno) di wilayah Kabupaten Jombang. Bupati Mundjidah Wahab menyatakan hal tersebut kepada media ini saat diwawancarai di Pendopo Kabupaten Jombang, Senin siang (08/07).
Bupati Jombang juga berkesempatan menerima beberapa buku tentang sejarah Bung Karno dari Kushartono, salah satu keluarga Situs Persada Bung Karno, Ndalem Pojok, Wates, Kediri.
“Kalau itu akan dilestarikan, ya monggo, kami juga memberikan dukungan, biar ada sejarah (bahwa) Jombang termasuk wilayah atau daerah yang pernah ditinggali Bung Karno,” kata Bupati Jombang.
Seperti ditulis media ini sebelumnya, Koesno Sosrodihardjo (Bung Karno kecil) pernah tinggal di Ploso, Jombang. Ayah Bung Karno, Raden Soekeni Sosrodihardjo pernah tinggal di Ploso saat menjadi mantri guru di salah satu Sekolah Dasar (Sekolah Rakyat), di Ploso selama beberapa tahun.
Meski mendukung pelestarian sejarah Bung Karno di Jombang, Bupati Mundjidah Wahab masih belum mengatakan secara detail bentuk dukungannya karena masih ingin mempelajari lebih lanjut tentang sejarah Bung Karno di Jombang.
Namun Bupati mengatakan, pihaknya berencana untuk datang ke lokasi rumah kecil Bung Karno di Desa Rejagung, Ploso, Jombang.
“Saya belum bisa mengatakan dukungan seperti apa, karena saya belum tahu persis apa yang dibutuhkan. Kalau melihat (rumah kecil Bung Karno di Ploso), saya rencanakan melihatnya. Biar tahu secara persis posisinya, kondisinya seperti apa. Biar tahu sendiri seperti apa dan tidak jare-jare (katanya),” terangnya.
Sebelumnya, Khoirul (46) orang yang saat ini merawat lahan kebun milik almarhum Solikan, pemilik kebun dan rumah tempat tinggal Soekarno kecil di Ploso, Jombang, menurut cerita yang ia dapat, Soekarno kecil pernah tinggal di rumah tersebut bersama orang tuanya saat ayah Soekarno, R Sukeni Sosrodihardjo yang seorang guru mengajar di salah satu sekolah di Ploso.
“Waktu bapaknya mengajar di Ploso, Bung Karno tinggal di sini,” tutur Solikan kepada media ini, Sabtu siang (22/06).
Khoirul sendiri telah merawat lahan kebun milik almarhum Solikan sejak empat tahun belakangan. Sebelum dirinya, beberapa orang terdahulu tercatat merawat lahan milik almarhum Solikan tersebut.
Ia ingat persis, sebelum roboh, rumah tersebut dulunya merupakan bangunan rumah menghadap ke timur yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang terdiri dari teras, dua buah kamar, satu ruang tamu, dan satu buah ruang untuk dapur. Sementara, kamar mandi dan sumur terpisah dari bangunan utama, terletak di belakang sisi utara dapur rumah.
“Dulu pemilik rumah ini punya bendi katanya, semasa Bung Karno masih kecil saat tinggal di sini, pernah juga dinaiki Bung Karno,” tuturnya lagi.
Pernah suatu ketika si empunya lahan dan rumah mengatakan, boleh saja jika didirikan bangunan rumah untuk kepentingan pelestarian sejarah dengan catatan rumah tersebut tidak dijual. Seperti kondisi di lapangan saat ini, kondisi rumah tempat tinggal Bung Karno ini hanya tinggal pondasi dengan berbagai tanaman yang tumbuh. Bongkahan kayu bekas rumah masih tampak tertumpuk di sebelah belakang.
Sementara itu, menurut Kushartono, sejahrawan yang juga merupakan keluarga Ndalem Pojok, Wates, Kediri, Ir. Soekarno atau Bung Karno merupakan putra terbaik bangsa ini. Bung Karno merupakan Bapak Bangsa, Penyambung Lidah Rakyat, Sang Proklamator, Peletak dasar negara dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Dipundaknya Indonesia sangat dikagumi dunia. Ayahnya bernama Raden Sukeni Sosrodiharjo, keturunan Sultan Kediri, ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Ray Srimben, keluarga Raja Buleleng Bali.
“Berdasarkan catatan tulisan tangan Bapaknya, Soekarno lahir tanggal 06 Juni 1902 di Surabaya, dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Enam bulan sebelumnya, 28 Desember 1901 ayahnya telah pindah tugas dari Surabaya ke Ploso Jombang,” terang Kushartono.
Saat tinggal di Jombang inilah, sambung Kushartono, Koesno sakit keras, kemudian dibawalah Koesno ke Kediri untuk berobat. Tinggal beberapa lama di Kediri hingga sembuh. Sampai kemudian nama Koesno diganti menjadi Soekarno atas saran dari tabib Den Mas Mendung alias Raden Pandji Soemosewoyo di Ndalem Pojok, Wates, Kediri.
“Setelah di Kediri, Soekarno sempat di Tulungagung, kemudian tanggal 23 November 1907 pindah lagi dari Jombang ke Sidoarjo. Satu setelah tahun kemudian, tanggal 22 Januari 1909 baru pindah ke Mojokerto,” pungkas Kushartono.(rif)

Tags: