Bupati Nganjuk Nobar Film G30S/PKI di 5 Lokasi

Bupati Nganjuk, Drs H Taufiqurrahman nonton bareng Film G30S/PKI di GOR Bung Karno Nganjuk.(ristika/bhirawa)

Bupati Nganjuk, Drs H Taufiqurrahman nonton bareng Film G30S/PKI di GOR Bung Karno Nganjuk.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Sebagai upaya lebih memantapkan wawasan kebangsaan bagi seluruh komponen bangsa, Pemerintah Kabupaten Nganjuk bersama Kodim 0810 Nganjuk menggelar acara nonton bareng (Nobar) film penumpasan pengkhianatan G 30 S/PKI untuk pelajar SMA dan SMP. Kegiatan ini diadakan di lima lokasi secara bersamaan yakni di GOR Bung Karno, Lapangan Pandean Kecamatan Gondang, Alun Alun Kecamatan Berbek, lapangan Bulak Kecamatan Tanjunganom dan halaman Kecamatan Kertosono.
Bupati Nganjuk, Drs H Taufiqurrahman mengatakan, kegiatan Nobar kali ini bertujuan secara khusus digelar untuk lebih memantapkan pemahaman tentang isu berkembangnya kegiatan komunisme di Indonesia dan menjadi perhatian serius bagi pemerintah.
Bupati Nganjuk juga menekankan kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman yang tepat dalam rangka menangkal gerakan – gerakan  separatisme, maupun gerakan ekstrim kiri yang saat ini berupaya memutar balikan fakta sejarah tentang G 30 S/PKI.
Selain itu, dia menambahkan, acara nonton bareng sebagai upaya memantapkan kembali pemahaman terkait isu berkembangnya kegiatan komunisme di berbagai daerah di Indonesia. “Peristiwa G 30 S/PKI hanyalah sejarah namun sebagai generasi penerus bangsa harus mampu berfikir kedepan untuk memetik hikmah, mengimplementasikan nilai-nilai kedalam realita kehidupan bangsa dan Negara,” ucap Bupati Nganjuk.
Hikmah dan pelajaran yang dapat diambil, dikatakan Bupati Nganjuk, adalah mengutamakan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi. Sebagai generasi penerus bahwa hidup berbangsa dan bernegara harus saling bekerjasama, bersatu, melengkapi satu sama lain untuk mencapai cita-cita nasional bersama yang sudah tertuang dalam UUD 1945. “Saya berharap untuk bangsa ini kedepan tetaplah teguh pada ideologi PANCASILA  sesuai UUD 1945” tegas Bupati Nganjuk.
Demi bangsa Indonesia, demi pengorbanan para pahlawan, peristiwa  G 30 S/PKI merupakan sejarah sekaligus ujian terhadap bangsa ini. Memahami dan memaknai kembali perjuangan para pahlawan.
Bupati Nganjuk secara jelas mengatakan acara Nobar film G30S/PKI merupakan refleksi akan keganasan dan kebiadaban PKI, yang telah mengacaukan NKRI. Karena itu, dengan adanya refleksi diharapkan terbentuk sikap waspada dalam diri masyarakat terhadap penyebaran paham Marxisme, Leninisme, Sosialisme, dan sejenisnya.
“Paham-paham yang tidak bersesuaian dengan Pancasila di Negara Indonesia tidak diperbolehkan sama sekali dan harus dibumi hanguskan jika terindikasi masih bertahan. Setidaknya berkaca pada fakta sejarah yang menjelaskan bahwa begitu kejamnya pembantaian yang tidak berkeprimanusiaan. Kita berharap hal itu tidak akan terulang kembali di Indonesia,” ujar Bupati Nganjuk.
Bukti nyata kebiadaban PKI adalah dengan pembunuhan para pejabat tinggi TNI, keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah, Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi), Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan).
Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat). Adapun Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Bagi masyarakat Indonesia, pemberontakan PKI merupakan sejarah yang tak boleh hilang dan dilupakan, terlebih lagi belakangan ini ada kelompok komunis menuntut Presiden RI meminta maaf kepada keluarga PKI. [ris,adv]

Tags: