Bupati Prihatin Penderita AIDS Mencapai 1.100 Orang

Sidoarjo, Bhirawa
Penyebaran penyakit Human Imonodeviciency Virus/ Acquired Immone Deviciency Syndrume (HIV/AIDS), di Sidoarjo tampaknya memang perlu terus diwaspadai. Jumlahnya yang terus meningkat membuat Bupati Sidoarjo merasa prihatin.
Menurut Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah SH MHum, Minggu (9/3) kalau jumlah penderitannya di seluruh Sidoarjo sekarang sekitar 1.100 orang dan yang sudah meninggal akibat penyakit itu sekitar 322 orang.
Saiful mengaku memang sangat memprihatinkan, karena penyakit yang satu ini memang sangat mengerikan, dan mereka yang terkena sangat malu dan sangat tertutup. Makanya sangat berharap kepada masyarakat Sidoarjo jangan mereka itu  dikucilkan, terus didorong agar bisa dicarikan solusinya.
”Kami dari pemerintah juga terus mendorong agar permasalahan mereka bisa terselesaikan dengan baik. Selain itu perkembangannya juga harus dicegah secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakatnya, jangan sampai penyakit yang mematikan itu bisa berkembang terus,” ujar Bupati Saiful.
Beberapa indikator penyebab menyebarnya penyakit HIV/AIDS hingga kini memang masih berkeliaran. Salah satunya keberadaan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Sidoarjo yang terus bertambah. Dari data Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Sidoarjo dan LSM Yayasan Delta Crisis Center terungkap bahwa jumlah PSK di Sidoarjo dua tahun lalu mencapai 365 PSK.
Pengelola Program dan Monitoring Evaluasi KPA Sidoarjo, Ferry Efendi mengatakan, jumlah PSK yang terdata itu merupakan survey yang dilakukan KPA bersama LSM Yayasan Delta Crisis Center dalam beberapa hari terakhir. Data itu diperkuat juga oleh pengakuan masing-masing “mami” yang menjadi pentolan prostitusi di enam kecamatan. ”Saat ini enam kecamatan yang memang menjadi tempat mangkal para PSK,” kata Ferry.
Pemkab Sidoarjo, sebenarnya telah melakukan penertiban dan razia bagi para PSK itu. Namun demikian, para PSK masih ngeyel untuk tetap beraktivitas. Seharusnya, pemerintah lebih memperhatikan keperluan dan pemberdayaan kepada para PSK. Pemberdayaan terhadap PSK justru sangat penting karena mampu membuat PSK menjauhi dunia malamnya. ”Bukan melakukan razia dan mengusir tanpa memberikan solusi yang jelas,” jelasnya.
Pemberian sumbangan maupun bantuan kepada PSK seharusnya disesuaikan dengan kemampuan PSK. Pemberdayaan itu yang utama, jangan mengusir saja. Jika diusir para PSK justru akan berpindah tempat dan sulit di monitor keberadaannya. Itu yang sangat berbahaya.
Meski keberadaan PSK kini masih menjadi salah satu faktor mudahnya penyebaran HIV/AIDS. ”Namun tak serta-merta PSK menjadi ujung tombak penularan penyakit HIV/AIDS,” pungas Ferry.
Koordinator lapangan LSM Yayasan Delta Crisis Center, Suparno menambahkan, ratusan PSK yang terdata bekerja sebagai pemuas hawa nafsu laki-laki karena ekonomi yang minim. Kebutuhan rumah tangga mereka yang membuat para PSK nekad menjaul diri. ”Maka jangan seenaknya diobrak. Harus diberdayakan dan diberi pelatihan biar tidak kembali menjadi PSK,” kata Suparno. [ach]

Tags: