Bursa Kerja Khusus Kurangi Lulusan SMK Nganggur

Mudianto

Mudianto
Menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah. Terlebih lagi harus menjadi pioneer dalam mencari solusi yang bisa berdampak bagi semua elemen masyarakat. Namun, hal tersebut mampu ditunjukkan oleh Mudianto.
Kepala SMK Negeri 3 Surabaya ini, mampu membantu mengurangi jumlah pengangguran bagi lulusan SMK dengan menggunakan sistem Bursa Kerja Khusus (BKK) sekolah. Melalui sistem BKK ini, ia mampu meraih predikat kepala SMK Terbaik tingkat Nasional 2018. Prestasi ini juga digadang menjadi prestasi pertama yang diperoleh Jawa Timur dari pemilihan tenaga kependidikan berprestasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud). Menurut dia, sistem BKK yang ia terapkan dalam empat tahun belakangan ini di SMKN 3 Surabaya, diklaim mampu meningkatkan persentase lulusan SMK dalam berwirausaha dan mendapatkan pekerjaan di dunia industri.
“Yang sering kita fokuskan, berapa persen siswa SMK ini lulus. Tapi konteks presentasi mereka bekerja atau berwirausaha kita selalu luput. Kita coba jemput bola, dibanding menunggu. Cari jalan tikungan yang orang lain nggak fokus,” jelas dia.
Sebenarnya, setiap sekolah mempunyai BKK. Hanya saja, Mudianto menilai hal tersebut belum maksimal. Oleh karenanya, lanjut dia, untuk bisa memberikan solusi tersebut pihaknya mengoptimalkan sistem BKK melalui empat hal. Misalnya, dari aspek managemen BKK yang meliputi legalitas, pemenuhan sarana dan prasarana. Kedua, pemetaan lulusan. Di mana pihaknya melakukan tracer studi.
“Kami datang ke perusahaan yang ada siswa kami. Lalu kami sebar angket atas kinerja lulusan kami,” tutur dia. Kemudian yang ketiga, melakukan penguatan jejaring industri. Ia menjelaskan, pentingnya membangun jejaring industri dimaksudkan untuk sinkronisasi kurikulum dan pemetaan kompetensi. “Kemungkinan kita juga memagangkan guru di industri. Guru tamu juga bisa dari pihak industrial. Semua kita ikat dengan MoU,” tutur ayah tiga orang anak ini.
Terakhir adalah, tambah dia, fokus pada perekrutan tenaga kerja. “Ini yang paling penting. Kita tentukan peluang perekrutan tenaga kerja,” sahut laki-laki berusia 47 tahun ini.
Pria yang mulai terjun di dunia pendidikan sejak tahun 2000 ini juga mengaku, jika dalam sistem BKK, pihaknya juga menarik pihak industri untuk melakukan tahap tes di sekolahnya. Ia mengaku jika hal tersebut dilakukan di sekolah, pihaknya bisa dengan leluasa melakukan diskusi dengan pihak industri. Ia menilai, diskusi tersebut sangat berpengaruh pada kebutuhan dua pihak, khususnya bagi sekolah untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan dalam industri.
Bagi dia, suksesnya sistem BKK yang di terapkan selama ini di lingkungan SMKN 3, merupakan hasil dari prinsip hidup yang ia pegang. “Lakukan yang terbaik hari ini. maka saya akan berusaha melakukan yang terbaik setiap hari. Jadi apa yang saya capai saat ini, itu bagian dari proses,” tegas dia.
Ia berharap sistem BKK ini bisa diikuti juga oleh sekolah-sekolah lain untuk memberikan peluang dan harapan baru bagi siswa. Di samping itu, melalui sistem BKK, pihaknya juga ingin mengurangi beban pemerintah.
“Kepuasan terbesar saya adalah membantu mereka mendapat pekerjaan. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai tenaga pendidik. Tidak hanya mendorong, atau membina tapi juga menyiapkan dan memberi peluang,” pungkas suami dari Endang Sunarsih ini. [ina]

Tags: