Butuh Sinergi Atasi Rendahnya Serapan Lulusan SMK di Kota Batu

Suasana workshop dan sosialisasi pemagangan bagi perusahaan Kota Batu yang digelar di Balai Kota Among Tani, Selasa (30/4).

Kota Batu, Bhirawa
Setiap tahun Kota Batu melahirkan 1.600 lulusan sekolah kejuruan dari 13 SMK Negeri dan swasta yang dimiliki. Namun serapan lulusan SMK di Kota Batu untuk diterima di dunia kerja sangat rendah.
Untuk mengatasi hal ini Pemkot Batu bersama Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) di bawah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menggelar workshop dan sosialisasi pemagangan bagi perusahaan di Kota Batu yang digelar di Balai Kota Among Tani Batu, Selasa (30/4).
Ketua BKSP Jatim, Andik Dwi Putranto mengatakan banyaknya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK yang tak terserap di dunia kerja menjadi sebuah permasalahan. Karena itu pihaknya bekerja sama dengan bagian pendidikan vokasi luar negeri, DIHK atau Kadin Jerman untuk memberikan formula dual sistem yang diterapkan di Jerman.
“Pendidikan dual sistem ini mewujudkan siswa yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kondisi perusahaan yang ada di Kota Batu. Dengan begitu siswa benar-benar kompeten saat memasuki lapangan pekerjaan dan dapat mengembangkan diri dalam suatu pekerjaan,” ujar Andik. Kemudian iapun merujuk pola pendidikan vokasi yang diadopsi dari Jerman sebagai Negara industri yang berhasil menerapkan pendidikan vokasi dual sistem. Arti pendidikan ganda adalah siswa separuh waktu belajar di sekolah dan separuh waktu lagi bekerja di Industri.
Sebagai contoh di Jerman, dalam seminggu sekolah, separuh untuk magang di industri dan separuhnya untuk belajar di sekolah. Namun untuk saat ini di Indonesia pada umumnya pemagangan dilakukan selama 6 bulan. Untuk menjalankan aturan seperti di Jerman harus diikut dengan regulasi, perencanaan yang baik, dan dukungan dunia kerja atau industri.
“Sehingga nantinya siswa yang magang akan ditempatkan sesuai dengan kompetensinya. Karena selama ini banyak siswa magang memiliki tugas hanya foto copy, antar berkas atau disuruh beli rokok,” tambah Andik..
Sementara, Koordiantor Bursa Kerja Khusus (BKK) SMKN 2 Batu, Visi Triastutik S.Pd mengatakan sangat mendukung adanya program tersebut. Iapun mengakui bahwa serapan tenaga kerja lulusan SMK masih minim.
“Untuk SMKN 2 saja tahun lalu ada sekitar 150 lulusan. Dengan 50 persen langsung kerja, 10 persennya berwira usaha dan sisanya lanjut kuliah dan menganggur,” ujar Visi. Bahkan tak sedikit juga lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan. Namun hal itu bukan menjadi masalah, karena menurutnya yang terpenting lulusan langsung bekerja. Untuk mengupayakan para lulusan SMK langsung bekerja, lanjut Visi, pihaknya juga melakukan kerja sama dengan sekitar 50 industri. Baik dalam negeri dan luar negeri. [nas]

Tags: