BWI Tunjuk Unair Pioner Gerakan Wakaf Seribu

Perwakilan Unair (kiri) Prof Mohammad Nuh, Pimpinan BI Jatim saat melakukan pres conference Wakaf Goes To Campus di Universitas Airlangga, kemarin (15/11).

Surabaya, Bhirawa
Badan Wakaf Indonesia (BWI) tunjuk Universitas Airlangga (Unair) sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mendapat kewenangan dalam pengelolaan wakaf uang. Ini karena lingkungan kampus dianggap relevan untuk menciptakan literasi sekaligus pemahaman dan kesadaran akan wakaf.
Menurut ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Prof Mohammad Nuh, DEA kampus menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa khususnya kelompok masyarakat yang terdidik. Di samping itu, dalam mengembangkan program wakaf goes to campus kelompok milenial menjadi sasaran utama dalam mengoprtimalkan wakaf produktif.
“Mereka punya tingkat religiusitas dan keberagaman yang cukup bagus. Apalagi probabilitas untuk menjadi orang yang cukup dan berkecukupan semakin tinggi,” ungkap mantan Menteri Pendidikan Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Sehingga, pihaknya berupaya untuk terus mendorong generasi milenial untuk berwakaf. Nuh menjelaskan manfaat wakaf yang sangat banyak harus disebarkan ke masyarakat melalui gerakan Wakaf Seribugerakan tersebut, kata Nuh, mampu membantu pemerintah dalam membangun bangsa atas hasil kemampuan bangsanya sendiri.
Prof Nuh mengatakan dengan jumlah umat islam yang mencapai 87 persen dari total pendidik Indonesia, potensi wakaf untuk pembangunan negeri sangat besar jika dikelola dengan baik.
“Kalau setiap orang mewakafkan Rp1.000 dengan jumlah 100 juta orang bisa mencapai Rp100 miliar dalam sehari itu dikali 30 hari bisa Rp3 triliun. Ini yang kita tumbuhkan untuk membangun bangsa cukup dengan Rp1000,” ujar mantan Rektor Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Dana wakaf inilah, sambung Nuh, yang nantinya akan digunakan untuk Beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu, untuk mendidik wartawan secara profesional dengan gratis, menyekolahkan anak kurang mampu secara gratis dan membangun rumah sakit dengan fasilitas pengobatan gratis meskipun ada BPJS.
Menurut Nuh, wakaf bisa digunakan tepat sasaran jika ada teknologi yang mengelolanya. Namun jika tidak, hal itu bisa jadi ongkos untuk membayar lebih besar dibanding iuran.
“Dengan setiap orang punya handphone, wakaf akan mudah. dengan teknologi itu wakaf akan menjadi gaya hidup,”kata dia.
Jika wakaf berjalan dan dikelola dengan baik, lanjut dia, akan mampu membantu pemerinta melalui pinjaman uang wakaf yang bersumer pada suku yang dikeluarkan.
“Dari pada meminjam uang dari luar negeri, dana wakaf yang terkumpul dikeluarkan suku. Hasilnya pemerintah memberikan jasa dan yang menikmati masyarakat sendiri. sekaligus masyarakat punya kebanggaan dana wakafnya dipakai. Di samping itu, ini kan untuk kesejahteraan bangsa juga martabat bangsa,” pungkas dia.
Sementara itu, pimpinan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur, Devi Ahmad Johansyah menambahkan dengan wakaf produktif masyarakat Indonesia bisa menunjukkan infrastruktur wakaf satu persatu. Ia berharap kedepan, tidak hanya Unair namun akan banyak kampus-kampus yang akan mengikuti gerakan Wakaf Seribu. “Tidak perlu besar, tidak sulit. Kami hanya ingin mengajak masyarakat untuk menjadikan wakaf sebagai bagian dari kebutuhan mereka,” kata dia. [ina]

Tags: