Cabai India Tidak Diminati Warga Probolinggo

Yayuk menunjukkan cabai asal India beredar di pasaran Probolinggo.

Probolinggo, Bhirawa
Akibat harga cabai rawit di beberapa pasar tradisional di Kabupaten maupun kota Probolinggo, masih tinggi, tak terkecuali di Pasar Semampir Kraksaan, pasar Baru kota Probolinggo adan beberapa pasr lainnya. Akibatnya cabai ipor asal India masuk pasaran, cabai impor asal India yang dijual pedagang, meski murah ternyata tak diminati oleh pembeli.
Tingginya harga cabai disebabkan pasokan dari petani masih minim dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Menyiasati minimnya pasokan dari petani lokal, beberapa pemilik bedak sayur mayur mendatangkan cabai impor dari India. Cabai ini dipasok oleh agen sayur dari luar daerah. Meski harganya lebih murah, masuknya jenis cabai impor dari India ini, tak mampu menurunkan harga cabai lokal yang semakin tidak terkendali.
Cabai rawit asal india tersebut bentuknya lebih besar dari cabai lokal. Tampilan terlihat kurang segar, karena proses pengiriman dari negara India. Selain lebih besar, rasanya lebih pedas dibanding cabai hasil budidaya petani Probolinggo.
Oleh pedagang, cabai India ini dijual Rp. 60 ribu per kilogram. Harga itu jauh dibawah harga cabai lokal yang dijual 120 hingga 140 ribu per kilogram. “Dipasok oleh pedagang lain, tapi gak diminati oleh pembeli. Mungkin mereka belum faham dengan adanya cabai ini,” kata Musani, salah satu pedagang di pasar Baru.
Menurutnya, pembeli yang datang membeli cabai India adalah pedagang makanan, semisal bakso dan mie ayam. Biasanya cabai ini digunakan sebagai campuran cabai lokal dalam membuat sambal cabai, sebagai salah satu pelengkap dagangannya. Sebab, harga cabai rawit yang tinggi membuat mereka kelingpungan saat menyediakan sambal cabai.
Dengan adanya cabai India ini, pedagang makanan punya pilihan alternatif. “Ini dibuat campuran oleh pedagang bakso dan mie ayam. Soalnya rasanya lebih pedas dibanding cxabai lokal,” ujarnya.
Penyebaran distribusi cabai impor asal India terus merajalela di Probolinggo. Kini, pasar tradisional di Probolinggo mulai dibanjiri. Harganya pun lebih murah dibangdingkan dengan harga cabai lokal. Akibatnya, petani cabai lokal harus menelan pil pahit. Mereka menjadi korban permainan harga cabai. Kondisi tersebut menguntungkan para tengkulak dan spekulan, kata H. Masduki petani cabe di Clarak Leces.
Cabai rawit India jauh lebih besar bentuknya dari cabai lokal. Selain itu, banyak diantaranya kondisinya sudah mengering. “Suplainya dari Surabaya, banyak pedagang disini akhirnya membeli. Karena harga cabai lokal masih mahal di Probolinggo,” terang Yayuk pedagang cabai di pasar Semampir Kraksaan.
Kepala Dinas Koperasi Unit Mikro Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo, Gatot Wahyudi, pasokan cabai impor asal India diprediksi sudah ada sejak sebulan terakhir.
Dikatakan Gatot, pihaknya masih terus menyelidiki masuknya cabai impor tersebut. “Sebab, prosesnya diduga tanpa izin resmi,” terang dia.
Selain itu, untuk izin kesehatannya juga ditengarai belum mendapat lampu hijau dari pemerintah. Sehingga, pihaknya masih mewaspadai masuknya cabai impor ini, tambahnya. [wap]

Tags: