Cabai Rawit-Bawang Putih Anjok, Bawang Merah Tembus Rp45 Ribu Perkilogram

Cabe rawit dan bawang putih makin anjlok di pasar baru Probolinggo.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa.
Harga sejumlah kebutuhan pangan di pasar daerah Kota Probolinggo, menurun signifikan. Seperti cabai rawit dan bawang putih mengalami penurunan yang cukup besar. Cabai rawit sekarang seharga Rp 15 ribu per kilogram. Sedangkan harga bawang putih merosot hingga Rp.15 ribu per kilo gram. Seminggu lalu harga cabe rawit masih Rp 25 ribu per kilogram,” ujar salah satu penjual cabai rawit di Pasar Baru, Kota Probolinggo, Surti, Senin (8/6).
Menurutnya, turunnya harga cabai rawit ini terjadi sejak dari distributor. Karenanya, pedagang juga menurunkan harga jualnya kepada konsumen. “Kalau permintaan masih standar. Rata-rata saya habis 10-15 kilogram cabai rawit, karena ada yang beli dalam jumlah besar. Biasanya itu pemilik usaha warung, kalau konsumen rumah tangga jarang beli sampai 1 kilogram,” jelasnya.

Hasan Hidayah warga Desa Pegalangan Kidul Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Kondisi ini sudah dialami sejak 2 bulan terakhir. “Kondisi ini sejak COVID-19 harga cabai berangsur-angsur turun. Harga tersebut tidak sebanding biaya produksi dan perawatan, jelas Hasan.

Ia menyebut, dalam 1 pohon cabai biaya produksinya Rp 8000. Lain lagi biaya perawatan seperti pupuk dan lainnya. Jika harga jual Rp 8-9 ribu tidak sepadan dengan yang ia lakukan. Dengan kondisi seperti ini, praktis tengkulak tentu tidak bisa membeli dengan harga Rp 8-9 ribu per kilogram. Agar laku ia terpaksa menjual harga cabai rawit yang ia panen hingga Rp 5 ribu per kilogram.

Rinciannya, jika biaya produksi per pohon habis Rp 8 ribu dengan luas 1000 m² atau 2500 tanaman maka habis Rp 20 juta perhektar. Dengan hasil panen dijual harga Rp 5000 per kilogram tentu sangat merugi. “Kalau dijual dengan harga 8 sampai 9 ribu per kilogram tengkulak juga enggan mau beli. Sebab di tengah COVID-19 ini harganya terus anjlok,” lanjutnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi mengatakan, terhadap harga cabai yang anjlok dinilai dari banyaknya stok. Sebab dampak dari adanya daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

Beberapa daerah kan ada yang PSBB tentu ini berpengaruh dimana distribusi tidak lancar stok daerah meningkat. Semua ini karena COVID-19, dan semua terkena dampaknya hampir merata. Ia berharap pandemi COVID-19 ini segera berakhir. Termasuk meminta doa pada para petani, agar semua kembali normal seperti sedia kala.
Selain cabai rawit, harga bawang putih juga makin murah. Saat ini harga kisaran Rp 14 – 15 ribu per kilogram. “Dulu sempat naik sampai Rp 50 ribu per kilogram, sekarang sudah turun Rp 15 ribu per kilogram. Mungkin karena pasokannya lancar, dulu sempat tersendat gara-gara di Cina kena korona,” ujarnya.

Penurunan harga pangan ini dibenarkan oleh Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo, Moch. Machsus. “Pada Mei kemarin, kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi atau penurunan sebesar 0,05 persen. Dari kelompok makanan ini yang menyumbang deflasi atau penurunan harga seperti cabai rawit dan bawang putih,” ujarnya.

Berdasarkan data BPS, cabai rawit ada yang menjual seharga Rp 12 ribu per kilogram. Sedangkan, untuk bawang putih kisaran Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram. “Tapi, tidak semua komoditas pangan turun. Seperti, daging ayam ras naik sampai Rp 40 ribu per kilogram. Bawang merah juga mahal sekarang ini,” katanya.
Meski ada komoditas pangan yang naik atau mengalami inflasi, kelompok pangan tetap terjadi deflasi. Hal ini karena penurunan harga pangan lebih berpengaruh pada indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

“Jadi meski ada bahan pangan yang naik, pengaruhnya lebih kecil dibandingkan harga bahan pangan yang turun. Sehingga, terjadi deflasi untuk kelompok bahan makanan,” jelasnya.

Cing Samiyono, pedagang bawang merah di pasar bawang Dringu mengungkapkan, bawang merah saat ini harganya sedang baik, dimana dari Rp 45 ribu perkilo, saat ini hanya turun Rp 3 ribu perkilo sejak ke marin Minggu (7/6) setiap kwalitasnya, mulai yang super, menengah dan yang kwalitas bawah.

Turunnya, bawang merah di Probolinggo ini disebabkan, bawang di pasar melimpah sedangkan pedagang berkurang. Selain itu bawang dari Mataram Lombok dan dari Nganjuk pada membanjiri pasar, karenanya dikuatirkan semakin hari akan semakin turun harganya.

Karena itu kini banyak petani bawang merah yang memanen bawangnya lebih awal, namun umurnya bawang merah sudah cukup untuk dipanen, mereka kuatir kalau ditunda panennya akan terus menurun harganya. Bulan sekarang ini adalah bulan yang sangat menguntungkan bagi tanaman bawang, selain buahnya besar-besar, kecukupan air dan tidak terlalu banyak ulat, se[erti panen sebelumnya.[wap]

Tags: