Cak dan Ning Bakal Bikin Program Sendiri

ak-Azka-finalis-cak-dan-ning-2014.-[geh/bhirawa]j

ak-Azka-finalis-cak-dan-ning-2014.-[geh/bhirawa]j

Surabaya, Bhirawa
Disebut program Cak dan Ning tidak pernah punya greget, salah satu Finalis Cak dan Ning Surabaya 2014 justru menyebut  saat ini paguyuban yang menaungi Cak dan Ning Surabaya sering menggelar kegiatan tanpa bantuan Pemkot.
Muhammad Azka Hariri, Finalis Cak dan Ning tahun 2014 menyatakan selama ini program dari Pemkot memang hanya bersifat seremonial. Antaranya protokoler job di rumah dinas wali kota ataupun SKPD. Penugasan ini, lanjut Mahasiswa FH UPN Veteran Surabaya ini berasal dari Dinas Pariwisata langsung.
Namun demikian, ujar Azka, sebagai komunitas dan organisasi , Paguyuban Cak dan Ning Surabaya sering melakukan kegiatan social dan kepemudaan. Tentunya, lanjut Azka, kegiatan ini di luar kegiatan bersama Pemkot.
” Selain itu kita juga melakukan aksi sosial dengan teman-teman komunitas sosial. Kalau protokoler job itu seperti tugas di rumah dinas Wali Kota,” terangnya.
Azka yang masih duduk di bangku semerster enam ini menuturkan, bahwa paguyuban Cak dan Ning masih tetap fokus pada agenda yang akan digelar pada bulan Agustus mendatang. Para pengurus akan mengadakan olimpiade permainan tradisional dengan sasaran anak-anak SD. Hal itu bertujuan untuk menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional yang sudah mulai terkikis oleh zaman yang serba modern.
Selain itu paguyuban Cak dan Ning sering ikut serta secara langsung dengan program kegiatan oragnisasi lain  seperti kegiatan nol sampah dan Hello Green.
Saat dikonfirmasi mengenai tidak diselenggarakannya kontes Cak dan Ning tahun ini Azka
ketika ditemui Bhirawa di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Rabu (18/3), mengaku belum percaya kalau even tahunan yang lazimnya bertepatan dengan momen peringatan hari jadi Kota Surabaya ditiadakan.
” Gak mungkin lah kalau even Cak dan Ning itu dihapus tahun ini, mungkin saja mundur dari jadwal yang sebenarnya digelar pada bulan Mei. Kabar itu saya juga dengan di saat kumpul bersama Cak dan Ning setiap Sabtu, tapi itu semua kita serahkan ke Pemkot Surabaya,” ujar Azka.
” Sebenarnya masalah kecewa atau tidaknya kita gak mungkin angkat suara, kita serahkan ke Pemkot saja. Semisal tidak digelar  gak masalah buat kita, dan rekan-rekan fine-fine saja,” imbuh Azka yang masih semester enam ini.
Ajang Cak dan Ning sudah berlangsung sejak 1981 silam. Pelaksanaannya bertujuan memilih peserta yang sebagian besar kawula muda dengan berbagai persyaratan yang ditentukan, sebagai duta wisata di kemudian hari. Perannya boleh dibilang perpanjangan tangan Disbudpar, guna merealisasikan program-program bidang kebudayaan dan kepariwisataan.
” Kalau di tahun 2014 lalu itu kriteria yang dicari itu untuk Cak harus sredek (berani) tapi benar. Sedangkan untuk Ning kriterianya harus etes (berani bicara) kepada publik,” ceritanya.
Pria kelahiran 1994 ini menambahkan, Cak dan Ning menjadi ikon Kota Pahlawan dalam perkembangannya. Tak ubahnya Kacong dan Cebbing Madura, Dimas dan Diajeng Jogja, Mojang dan Jajaka Bandung, Abang dan None Jakarta, dan daerah lainnya.
Eksistensinya juga dikehendaki sebagai representasi generasi muda dalam pengembangan diri serta kreativitas, sejalan karakteristik dan kearifan lokal menuju kemajuan kota.
” Jadi kalau dihapus itu gak mungkin karena Cak dan Ning itu ikon Surabaya. dan itu sudah seperti gerakan para muda-muda di Surabaya,” tambahnya.
Menanggapi ditiadakannya Cak dan Ning, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim, Dr H Jarianto MSi mengatakan kalau hal tersebut merupakan kewenangan dari Pemkot Surabaya. Jika memang alasannya dikarenakan mengenai anggaran penyelenggaraan yang nihil.
“Kalau kaitannya seperti itu (anggaran, red), saya juga tidak bisa memaksakan. Bukan kewenangan kita namun kewenangan Kabupaten/kota masing-masing. Sebab, kegiatan seperti Cak dan Ning maupun Raka Raki merupakan kegiatan rutin. Artinya, harapannya kabupaten/kota saling mendukung program-program bersama keterkaitan dengan Kabupaten/kota lainnya yang diprakarsai oleh Provinsi,” katanya.
Keterkaitannya dengan Raka-Raki tahun 2016 mendatang, lanjut Jarianto, Pemkot Surabaya sebenarnya masih bisa mengirimkan Cak Ning ke ajang Raka Raki. “Nantinya akan ada pertimbangan khusus kalau memang mau mengikuti Raka – Raki Jatim, dan Pemkot Surabaya bisa mengirimkan Cak Ning dari tahun sebelumnya,” katanya.
Sekedar diketahui, Minggu depan (23/3-28/3), kontes Raka Raki akan memasuki masa karantina. Raka Raki Jawa Timur kali ini diharapkan tidak hanya dijadikan promotor pariwisata, melainkan diberdayakan sebagai agen sadar wisata untuk meningkatkan pemahaman masyarakat utamanya generasi muda tentang pentingnya menjadi masyarakat sadar wisata.
Sementara itu sebagai pembanding, Kabid Pengembangan Sumberdaya Pariwisata Disbudpar Jatim, Dra Rosmiati MM mengatakan,  raka Raki-even seperti Cak dan Ning di tingkat provinsi justru lebih diberdayakan oleh pemerintah.
Setelah  Raka Raki Jatim terpilih, kata Rosmiati, maka langkah selanjutnya memberdayakan mereka agar lebih intens dalam mempromosikan kepariwisataan di Jawa Timur.
“Di luar pemberdayaan Disbudpar Jatim, raka raki biasanya dimanfaatkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai public relation (PR), atau mereka bersama Raka Raki dari tahun sebelumnya membentuk EO (Event Organizer). Tapi saya lebih suka kalau mereka menjadi vocal point  melebihi PR,” paparnya. (geh.rac)

Tags: