Cak Nun: Hadapi Kegaduhan Pemilu, Masyarakat Butuh Pemisah Konflik

Surabaya, Bhirawa
Euforia pilpres 2019 semakin memanas menjelang pemilihan berlangsung pada 17 April mendatang. Gerakan masyarakat untuk memberikan dukungan, selain mewarnai pesta demokrasi juga dikhawatirkan akan memicu konflik horizontal. Karena itu, selain kelompok masyarakat yang memberikan dukungan, juga perlu ada kelompok yang mampu memisah konflik.
Budayawan kondang Emha Ainun Nadjib memberikan pandangan tersebut ditengah kegelisahannha melihat kegaduhan politik yang dipicu oleh momentum Pilpres ini. Menurutnya, masyarakat harus semakin cerdas membaca keadaan dan menentukan sikap politiknya.
Masing-masing calon, baik Joko Widodo – Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
“Dua-duanya punya cerita di belakangnya. Siapa keluarga Jokowi, apa yang dilakukan Prabowo di Jerman, semuanya punya plus minus. Sekarang sampai 17 April nanti, kita jadi orang Indonesia saja. Bukan orang Gerindra atau orang PDI-P,” tutur budayawan yang akrab disapa Cak Nun tersebut saat ditemui di Surabaya, Minggu (31/3/2019).
Menurut Cak Nun, ditengah para pendukung yang sedang bersitegang, harus ada yang bagian memisah. Pihaknya yakin, Indonesia tidak akan menjadi Suriah. Konflik horizontal, jika terjadi tidak akan sampai pada situasi sebagaimana yang terjadi pada 1965.
“Kalau ada ‘mercon-mercon’ itu biasa, tidak akan jadi ‘bom’. Maksudnya, letusan-letusan kecil karena konflik tidak akan sampai seperti tahun 65. Makanya kita juga tidak usah bicara yang bisa menimbulkan permusuhan,” ungkap Cak Nun.
Disinggung terkait pilihan, Cak Nun ingin menyimpan rapat pilihannya. Dia tidak memberikan sinyal bahkan kriteria tentang calon presiden yang akan dipilih. Menurutnya, kedua calon akan memberikan akibat sendiri-sendiri.
“Saya menahan diri untuk terlalu analitis terhadap pandangan pilpres. Biarkan semua mengalir, ada pembagian tugas masing-masing. Ada yang bagian politik praktis, ada yang bagian kemanusian, ada yang membangun permusuhan ada yang harus mendamaikan,” terang Cak Nun.
Kendati menolak kecenderungan pada salah satu paslon, Cak Nun memastikan tidak akan golput. Dia akan tetap datang ke TPS sebagai bentuk penghormatannya kepada lingkungan masyarakat.
“Saya akan tetap datang ke TPS. Tetapi setelah masuk ke bilik, yang tahu hanya Allah dan malaikat saja,” tutur dia. Cak Nun yakin, sesulit apapun tanggal 17 April, hari itu akan dapat dilewati dengan aman. Meskipun mulak April sampai Oktober mendatang, efek Pilpres akan tetap terasa.
“Siapapun pemenangnya, sampai Oktober nanti akan muncul inisiatif-inisiatif yang timbul karena kekalahan atau kemenangan yang dicapai,” pungkas dia. [tam]

Tags: