Cak Nur Kritik Pengembangan Potensi Wisata Religi Wali Limo

Bacagub Jatim Nurwiyatno saat berdiskusi dengan salah satu pedagang di objek wisata religi Wali Limo di Sunan Giri Gresik, Kamis (21/9).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Bakal Calon Gubernur Jatim (Bacagub) Jatim Drs Nurwiyatno MSi yang telah mendaftar di Partai Demokrat dan Golkar mengunjungi beberapa objek wisata religi di kawasan pantura Jatim. Kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui potensi besar yang tersimpan di tempat tersebut.
“Wilayah pantura merupakan wilayah yang menarik perhatian lebih dari sekedar objek wisata religinya, karena di wilayah ini menyimpan banyak sejarah yang dapat dipelajari dari para wali sebagai penyebar agama Islam di Jawa pada abad 16. Dan, ada potensi ekonomi yang masih bisa dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan perekonomian rakyat,” kata Cak Nur, sapaan Nurwiyatno, Kamis (21/9).
Kondisi itulah yang membuat Cak Nur mendatangi objek-objek wisata religi seperti Makam Waliyullah Sunan Ampel dan Sunan Bungkul (Surabaya), Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, Makam Leran dan Bukit Surowiti (Gresik), serta Sunan Drajat (Lamongan) beberapa hari lalu.
Cak Nur melihat ada hal lebih yang bisa dilakukan pemprov dalam mengembangkan potensi wilayah pantura ke depan. Selain terdapat masyarakat yang berhubungan erat dengan pewaris budaya religi, di kawasan sekitar objek wisata, pemerintah daerah masih dapat berperan lebih untuk meningkatkan perekonomian rakyat.
Yakni, melalui pelatihan local guide, sebuah pendidikan pemandu wisata bagi para pemuda-pemudi di sekitar wilayah pembahasan, berupa kecakapan tata bahasa pendamping wisatawan. Baik itu bahasa lokal daerah, bahasa Indonesia maupun bahasa internasional. “Sehingga, pengelola bisnis traveling bisa bersinergi dengan pengelola local guide yang ada dalam satu atap,” jelasnya.
Selain itu, juga peningkatan home industry, berupa pelatihan terkait potensi lokal yang belum banyak dikembangkan oleh masyarakat sekitar, semisal cetak sablon pakaian yang berisi kata-kata filosofi para tokoh religi.
Bisa juga menggarap makanan khas lokal yang disajikan dalam model lebih menarik, dengan memberikan ruang keikutsertaan para chef (ahli masak) untuk membantu pelatihan penyajian makanan lokal dengan daya tarik model baru.
Yang tidak kalah pentingnya juga adalah pelatihan pembuatan miniatur bangunan cagar budaya yang ada dalam wisata religi tersebut, misalnya berupa gapura makam, masjid atau keunikan lainnya dalam model mini handycraft. [iib]

Tags: